Sukses di ISPO 2016, MTsN 1 Malang Targetkan Juara di Thailand

(Foto: Kemenag)
(Foto: Kemenag)

, 19 Jumadil Awwal 1437/27 February 2016 (MINA) – Prestasi demi prestasi terus ditorehkan oleh siswa-siswa madrasah, salah satunya prestasi dari siswa MTsN 1 Malang. Setelah meraih Medali Emas di Indonesian Science Project Olympiad () 2016, MTsN 1 Malang menargetkan akan meraih juara juga di .

Siswa kelas VIII MTsN 1 Malang, Amelia Putri Wulandari dan Nalita Livia Chandradevi, sukses meraih Medali Emas untuk Bidang Teknologi pada ISPO 2016 yang digelar di Semarang pada 20-21 Februari lalu.

Saat ini, keduanya mendapat pembinaan khusus dari guru pembimbing untuk mengikuti perlombaan tingkat internasional di Thailand pada Maret mendatang dengan harapan bisa meraih juara.

“Alhamdulillah, saat di Semarang dapat medali emas, harapannya, di Thailand nanti bisa juara juga,” kata Chusniah selaku pembimbing siswa saat ditemui di gedung MTsN 1 Malang, demikian keterangan pers Kemenag yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Amulia dan Nalita mendapat medali emas atas hasil kreasinya berupa alat terapi untuk membunuh bakteri pada sapi perah yang terkena penyakit mastisis (Mastitis Therapeutic Technology: Innovation of Dairy Cows Matitis Therapeutic Tool Through Electroporation Technology).

Menurut Lailatul Chusniah, Prof. Riri Fitri yang menjadi salah satu juri pada ISPO 2016 itu menyatakan bahwa alat yang diciptakan Amelia dan Nalita merupakan solusi terbaik yang bisa dilakukan karena selama ini peternak memakai antibiotik yang bisa mengkontaminasi susu yang dihasilkan sapi.

Alat hasil kreasi siswa madrasah ini memang sudah diuji laboratorium di Universitas Brawijaya. Selain itu, alat tersebut juga telah dilakukan uji lapangan di Peternakan Dau Malang selama dua pekan.

Disinggung soal paten, selaku guru pembimbing Amelia Putri Wulandari dan Nalita Livia Chandradevi, Chusniah mengaku belum ada rencana dan pemikiran apakah alat terapi pembunuh bakteri pada sapi perah ini akan segera dipatenkan.

“Belum punya rencana, bila di patenkan. Semoga saja, karena sekarang lagi fokus untuk ke Thailand, harapan kepada Kemenag, terus mendukung, terus mendukung aja,” ujarnya.

Karena, lanjut Chusniah, pada tanggal 15 Maret makalah sudah harus dikirimkan. Jadi mulai dari sekarang harus dipersiapkan semaksimal mungkin untuk event ini. “Targetnya, harus menang, dan saya yakin mereka bisa,” tegas Chusniah.

Selain ditanya tentang ide awal membuat alat ini, Amelia Putri Wulandari dan Nalita Livia Chandradevi menyampaikan bahwa ide muncul saat mereka melaksanakan study tour dan melihat sapi yang sakit. Karena merasa kasihan atas kondisi sapi yang sakit itu, muncullah ide ingin membuat alat yang bisa menyembuhkan sapi tersebut.

Kedua siswa yang bisa berbahasa Inggris dengan baik ini menyampaikan harapannya agar madrasah dan Kementerian Agama terus dapat memberikan dukungan atas prestasi mereka yang sudah diraih.

“Saya senang dibimbing Bu Chusniah, senanglah, kami disayang Ibu,” kata Amelia Putri Wulandari yang pernah tinggal dua tahun di Australia bersama orangtuanya.

Lebih jauh lagi, Kepala MTsN 1 Malang Syamsudin menyampaikan bahwa prestasi-prestasi yang pernah diraih siswa MTsN 1 Malang selalu dilaporkan ke Kanwil Jatim. Syamsudin berharap, agar siswa yang berprestasi dan berpotensi jangan sampai meninggalkan Madrasah dalam melanjutkan jenjang pendidikannya.

Saat ditanya terkait pembinaan kepada siswa berprestasi, Syamsuddin menyampaikan kegiatan belajar mengajar senin-sabtu, ada kegiatan ekstra kurikuler untuk memfasilitasi siswa yang berbakat lain seperti, bakat seni, olahraga dan karya ilmiah.

“Siswa-siswa ini diberi bimbingan khusus secara periodik setelah pulang sekolah, pada hari Jumat dan Sabtu,” kata Syamsudin.(T/R05/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)