Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suriah dan Corak Bendera yang Berganti

Arif Ramdan Editor : Bahron Ans. - 1 jam yang lalu

1 jam yang lalu

10 Views

Bendera Suriah yang dikibarkan oposisi

Perubahan besar di Suriah tak hanya tercermin dalam pergantian rezim politik, tetapi juga melalui simbol-simbol yang menggambarkan identitas negara. Salah satu perubahan yang mencolok adalah pengibaran bendera oposisi hijau-putih-hitam-merah yang menggantikan bendera lama yang selama ini dikibarkan oleh pemerintah Bashar al-Assad.

Momen bersejarah ini terjadi setelah oposisi di bawah kendali Abu Mohammad al-Jawlani mengumumkan jatuhnya keluarga Assad yang telah berkuasa selama lima dekade, menandai babak baru bagi Suriah. Bendera oposisi ini bukan sekadar pengganti visual, tetapi simbol perjuangan rakyat Suriah untuk kebebasan dan perubahan.

Sejak 1980, Suriah mengibarkan bendera dengan warna merah, putih, hitam, dan sebuah bintang hijau di tengahnya.

Merah melambangkan darah para syuhada yang berjuang demi kebebasan. Putih mencerminkan harapan akan masa depan yang damai dan tanpa penindasan. Hijau menggambarkan hubungan antara Suriah dan Mesir, sebagai negara yang bersama-sama mendirikan Republik Arab Bersatu. Hitam melambangkan penderitaan rakyat Arab akibat penjajahan dan penindasan.

Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?

Bendera ini pertama kali diadopsi pada tahun 1958, setelah Suriah merdeka dari pengaruh Eropa dan membentuk Republik Arab Bersatu dengan Mesir. Bendera ini menggantikan beberapa desain yang digunakan sejak 1961, dan menjadi simbol dari identitas nasional yang dibangun melalui revolusi dan perjuangan politik.

Namun, dengan perubahan signifikan dalam politik Suriah, tak menutup kemungkinan bahwa bendera ini akan diganti lagi, mencerminkan perubahan besar dalam lanskap politik negara.

Pada Ahad 8 Desember 2024, sebuah pengumuman penting disampaikan oleh pihak oposisi: di mana Suriah diambil kendali, keluarga Assad akhirnya terguling. Seiring dengan pengumuman tersebut, bendera oposisi yang terdiri dari tiga warna—hijau, putih, dan hitam, dengan tiga bintang merah di tengahnya—mulai berkibar di seluruh Suriah.

Hal itu merupakan simbol baru yang menggantikan bendera lama, membawa harapan bagi masa depan Suriah yang bebas dari rezim otoriter. Momen tersebut tidak hanya dirasakan di Suriah, tetapi juga menggema di negara-negara lain seperti Jerman, Turki, dan Yunani, di mana ribuan orang mengibarkan bendera oposisi sebagai bentuk solidaritas.

Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman

Bendera ini merupakan modifikasi dari bendera kemerdekaan yang pertama kali digunakan pada tahun 1932, saat Suriah memperoleh kemerdekaan dari Prancis. Oposisi Suriah lebih memilih bendera ini sebagai simbol dari kebebasan yang ingin mereka capai, mengingat sejarah panjang perjuangan bangsa Suriah untuk mengusir penjajah dan mencapai kemerdekaan penuh.

Bendera ini mengingatkan pada masa lalu yang penuh perjuangan. Warna hijau di bagian atas melambangkan pembebasan dan perjuangan, putih di tengah mencerminkan harapan akan masa depan yang lebih baik, sementara hitam di bagian bawah adalah simbol dari penderitaan yang dialami rakyat Suriah sepanjang sejarahnya. Tiga bintang merah di tengahnya mewakili wilayah-wilayah utama di Suriah.

Perubahan bendera Suriah sebenarnya mencerminkan perjalanan panjang bangsa ini. Sejarah bendera Suriah dimulai dengan penggunaan Bendera Pemberontakan Arab pada 1917, yang diperkenalkan oleh Raja Husayn ibn Ali yang memimpin Hijaz (sekarang Arab Saudi). Bendera ini terdiri dari tiga garis horizontal berwarna hitam, hijau, dan putih, serta segitiga merah di bagian kiri, yang simbolik bagi empat dinasti besar dalam sejarah Arab—Abbasids, Fatimiyah, Umayyah, dan Hashimites.

Bendera ini pertama kali dikibarkan di Damaskus pada 1918, saat Suriah memproklamirkan kemerdekaannya. Namun, tak lama setelahnya, Suriah jatuh ke tangan Perancis, yang mendirikan mandat atas wilayah tersebut dan mengendalikan pemerintahan Suriah. Bendera Pemberontakan Arab hanya digunakan dalam perlawanan gerilya terhadap penjajahan Perancis.

Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina

Pada 17 April 1946, setelah Suriah meraih kemerdekaannya penuh dari Perancis, negara ini memperkenalkan bendera baru berwarna hijau, putih, dan hitam dengan tiga bintang merah yang melambangkan wilayah-wilayah penting di Suriah. Hijau di sini melambangkan perjuangan dan kekayaan budaya Suriah, sedangkan tiga bintang merah mewakili wilayah utama yang membentuk Suriah saat itu. Bendera ini menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan dan perjuangan kedaulatan bangsa Suriah.

Setelah kemerdekaan penuh, Suriah berjuang untuk membangun persatuan Arab dan pada 1958, negara ini bergabung dengan Mesir membentuk Republik Arab Bersatu (UAR). Bendera UAR yang terdiri dari merah, putih, hitam, dengan dua bintang hijau di tengah, digunakan sebagai simbol negara bersatu tersebut. Namun, setelah Suriah memisahkan diri pada 1961, negara ini kembali menggunakan bendera dengan desain yang lebih dekat dengan simbol nasionalisme Arab. Pada 1980, pemerintah Suriah mengadopsi desain yang lebih permanen, dengan menggabungkan elemen-elemen dari bendera UAR.

Seiring dengan perubahan politik yang terjadi di Suriah, simbol-simbol nasional seperti bendera juga mencerminkan dinamika internasional. Sejak pemberontakan oposisi dan kejatuhan Damaskus, bendera oposisi kini tak hanya berkibar di Suriah, tetapi juga di kedutaan besar Suriah di luar negeri, termasuk di Indonesia. Kedutaan Suriah di Jakarta bahkan mengubah gambar profil Facebook mereka menjadi gambar bendera oposisi sebagai tanda solidaritas dengan perubahan yang terjadi di tanah air mereka.

Bendera Suriah yang dulu menjadi simbol pemerintahan Assad, kini menjadi simbol perjuangan kebebasan yang lebih luas, di mana warga Suriah berharap untuk membangun masa depan yang lebih adil dan merdeka dari otoritarianisme. Sebagai bagian dari evolusi negara ini, simbol-simbol seperti bendera tidak hanya mencerminkan identitas politik, tetapi juga aspirasi untuk membangun sebuah bangsa yang bersatu dan bebas dari penindasan.

Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta

Dengan perubahan bendera, Suriah tidak hanya menandakan berakhirnya era satu keluarga yang berkuasa selama setengah abad, tetapi juga membuka babak baru dalam sejarah perjuangan rakyat untuk kemerdekaan, kesetaraan, dan kebebasan. Suriah dan Corak Bendera yang Berganti, Simbol Perubahan Besar  bagi masa depan negara tersebut. []

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Perang Mu’tah dan Awal Masuknya Islam ke Suriah

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Palestina
Indonesia
MINA Preneur
Indonesia