Damaskus, 19 Jumadil Awwal 1437/27 Februari 2016 (MINA) – Pemimpin Nusra Front, sayap Al-Qaeda di Suriah bersumpah, kelompoknya akan melanjutkan operasi militernya meskipun gencatan senjata tercapai antara faksi-faksi oposisi Suriah dan pasukan Presiden Bashar Al-Assad.
Abu Muhammad Al-Joulani mengatakan dalam sebuah rekaman yang dirilis pada Jumat (26/2), para pejuang Nusra dan sekutunya menolak ikut gencatan senjata dengan pasukan rezim Suriah dalam kondisi apa pun.
Al-Joulani menganggap gencatan senjata selama dua pekan itu dicapai di bawah sponsor konspirasi Barat terhadap rakyat Suriah, demikian ARA News memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Perjanjian gencatan senjata ini adalah konspirasi Barat yang hanya ditujukan untuk menghentikan kehendak rakyat Suriah dan menyelamatkan rezim Assad. Negosiasi yang sebenarnya terjadi di medan perang,” katanya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Menurutnya, rencana perdamaian yang diusulkan oleh Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura bertujuan melayani rezim Assad.
Al-Joulani menegaskan, hanya sebuah revolusi nyata yang bisa menggulingkan rezim dan lembaga-lembaganya, bukan bernegosiasi tentang masa depan Assad yang dianggap seorang diktator.
“Jika tidak, pertumpahan darah ribuan orang yang tidak bersalah akan sia-sia,” katanya.
Dia menyeru semua faksi oposisi di Suriah untuk menolak gencatan senjata dan melanjutkan perang “sampai mengalahkan Assad dan milisinya”.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Sebelumnya, sekitar 97 faksi oposisi yang berperang di Suriah telah sepakat untuk bergabung dengan gencatan senjata selama dua pekan dengan pasukan pro-Assad yang dimulai pada Jumat tengah malam. (T/P001/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan