Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sutopo: Duet Maut Fenomena Alam Sebabkan Tsunami di Selat Sunda

Rendi Setiawan - Selasa, 25 Desember 2018 - 16:59 WIB

Selasa, 25 Desember 2018 - 16:59 WIB

6 Views

Jakarta, MINA – Gelombang tsunami yang menghantam sebagian besar wilayah pesisir Selat Sunda diakibatkan oleh duet maut fenomena alam yakni longsoran bawah laut dan erupsi gunung Anak Krakatau.

Hal itu dikatakan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan pernyataan pers mengenai penanganan darurat tsunami di Selat Sunda di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Selasa (25/12).

“Ada dua fenomena alam yang menyebabkan tsunami di Selat Sunda yaitu longsoran bawah laut dan erupsi gunung Anak Krakatau. Ini fenomena langka,” katanya.

Sutopo menjelaskan, disebut sebagai fenomena langka karena selama ini musibah gelombang tsunami terjadi ditandai dengan guncangan gempa bumi. Untuk kasus tsunami Selat Sunda, tanda-tanda itu tidak ada.

Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online

“Ini juga yang menyebabkan tidak adanya peringatan dini tsunami. Indonesia belum punya alat pendeteksi tsunami yang disebabkan oleh longsoran bawah laut, juga yang disebabkan oleh erupsi gunung berapi,” katanya.

Selain itu, kata Sutopo, gelombang tsunami yang naik ke daratan masuk kategori tsunami yang cukup besar, sebab, tingginya diprediksi mencapai 2 meter hingga enam meter.

“Kalau cuma 30 sentimeter sampai 1 meter, dampaknya tidak akan separah ini. Ini kemungkinan di atas 2 meter. Menurut informasi di lapangan, ada yang menyebut tinggi tsunami di atas 5 meter,” katanya.

Hingga hari ketiga, BNPB berhasil menghimpun data sementara korban tsunami Selat Sunda yang mencapai 429 meninggal dunia, 1.485 luka, 154 hilang, dan 16.082 mengungsi.

Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan

Menurut Sutopo, tidak adanya peringatan dini tsunami dari BMKG menjadi salah satu penyebab mengapa jumlah korban yang ditimbulkan cukup besar. Terlebih di beberapa titik pesisir pantai Selat Sunda sedang ada kerumunan masyarakat.

“Tidak ada yang mengira erupsi gunung Anak Krakatau disertai longsoran bawah laut malam itu akan menyebabkan tsunami. Ini menjadi tantangan kita untuk mengembangkan sistem pendeteksi tsunami yang disebabkan erupsi gunung berapi,” katanya.

Sutopo mengatakan, padahal wilayah Indonesia memiliki 127 gunung berapa yang aktif. Artinya, kata Sutopo, dari total keseluruhan gunung api yang ada di dunia, 13 persen di antaranya berada di Indonesia. (L/R06/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia