SETIAP jiwa pasti akan merasakan kematian. Ia datang tanpa tanda, tanpa izin, dan tanpa bisa ditunda walau hanya sekejap. Betapa banyak orang yang sehat tiba-tiba dipanggil, betapa banyak yang berencana panjang justru berakhir di liang lahat. Setelah kematian, terbukalah tabir yang menyingkap akhirat: hisab yang detail, surga yang nyata, dan neraka yang pedih.
Tiada satu pun amal yang sia-sia, dan tiada satu pun dosa yang luput dari balasan. Dunia hanyalah persinggahan, sementara akhirat adalah negeri yang kekal. Maka beruntunglah mereka yang menyiapkan bekal dengan keikhlasan, dan celakalah mereka yang tertipu oleh dunia hingga lupa pada kepastian perjumpaan dengan Allah.
Namun, ada satu bahaya besar yang sering luput dari perhatian seorang hamba: syirik tersembunyi. Rasulullah SAW memperingatkan bahwa syirik ini lebih halus daripada jejak semut hitam di atas batu hitam pada malam yang gelap. Ia menjelma dalam rasa bangga saat beramal, dalam keinginan dipuji, dalam ibadah yang tidak lagi murni karena Allah semata.
Padahal, di akhirat kelak, amal sebesar gunung pun akan sirna bila tercampur dengan riya dan sum’ah. Betapa mengerikannya, bila kematian mendadak merenggut kita sementara hati masih dipenuhi syirik yang samar. Karenanya, setiap detik harus menjadi perjuangan untuk membersihkan niat, agar amal kita benar-benar murni karena Allah, bukan untuk manusia.
Baca Juga: Karakteristik Hizbullah
Syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni jika pelakunya meninggal dunia tanpa bertaubat. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًۭا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Qs. An-Nisa: 48)
Namun, yang lebih berbahaya adalah syirik yang tidak tampak, yang disebut syirik tersembunyi (asy-syirkul khafiy). Rasulullah SAW bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ … الرِّيَاءُ
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil… yaitu riya.” (HR. Ahmad, no. 23630)
Baca Juga: Lisanku Terjaga, Hatiku Bahagia: 10 Hikmah Dzikir yang Menyelamatkan
Berikut adalah empat bentuk syirik tersembunyi yang paling sering menjangkiti hati seorang Muslim tanpa ia sadari, lengkap dengan penjelasan dan cara mewaspadainya.
Pertama, Riya – Beramal untuk Dipuji Manusia. Riya berarti beramal dengan tujuan agar dilihat dan dipuji manusia, bukan ikhlas karena Allah. Inilah syirik kecil yang dapat merusak amal ibadah. Allah ﷻ memperingatkan dalam firman-Nya,
فَوَيْلٌۭ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ الَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya.” (Qs. Al-Ma’un: 4–6)
Riya ibarat racun yang menghancurkan amal saleh. Rasulullah SAW menggambarkan betapa bahayanya riya dengan sabda beliau,
Baca Juga: Ketika Lobi Yahudi Mulai Rapuh
مَنْ رَاءَى رَاءَى اللَّهُ بِهِ
“Barang siapa berbuat riya, maka Allah akan menampakkannya di hadapan manusia.”
(HR. Bukhari no. 6499)
Imam Ibn Rajab rahimahullah berkata, “Setiap amal yang diniatkan untuk selain Allah, maka amal itu batal dan menjadi sebab kemurkaan Allah.” Karenanya, menjaga niat adalah benteng pertama agar amal diterima di sisi Allah.
Kedua, Sum’ah – Menampakkan Amal Agar Terdengar oleh Orang Lain. Jika riya berkaitan dengan pandangan manusia, maka sum’ah berkaitan dengan pendengaran. Sum’ah adalah memperdengarkan amal ibadah atau menceritakannya agar orang lain tahu, lalu memberikan pujian. Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ رَاءَى رَاءَى اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ
“Barang siapa berbuat riya, Allah akan menampakkan riya itu. Barang siapa berbuat sum’ah, Allah akan memperdengarkan aibnya.” (HR. Muslim no. 2986)
Baca Juga: Jangan Remehkan Kekuatan Doa Orang-orang Lemah
Sum’ah membuat seseorang gemar menyebut amalnya, misalnya sedekah, qiyamul lail, atau tilawah Qur’an, bukan untuk menasihati atau memotivasi, tapi demi sanjungan. Padahal, Allah Ta’ala hanya menerima amal yang ikhlas. Firman-Nya,
وَمَآ أُمِرُوٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya…” (Qs. Al-Bayyinah: 5)
Seorang Muslim sebaiknya banyak menyembunyikan amalnya agar selamat dari sum’ah. Jika pun harus disebutkan, maka niatnya untuk memberi teladan, bukan untuk membanggakan diri.
Ketiga, Ujub – Merasa Bangga terhadap Amal Sendiri. Ujub adalah kagum dan bangga terhadap amal ibadahnya sendiri hingga melupakan bahwa semua kebaikan berasal dari Allah. Penyakit hati ini sering tidak terasa, namun dampaknya sangat berbahaya. Rasulullah SAW bersabda,
Baca Juga: Ketika Nabi Ibrahim Alaihi Salam di Palestina
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membinasakan: sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Al-Baihaqi, no. 7312, shahih)
Allah Ta’ala pun memperingatkan dalam kisah perang Hunain,
وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْـًۭٔا
“Dan (ingatlah) pada hari Hunain, ketika jumlahmu yang banyak itu membuatmu kagum, namun jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat sedikit pun kepadamu…” (Qs. At-Taubah: 25)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ujub lebih berbahaya daripada maksiat. Sebab maksiat mendorong seorang hamba untuk bertaubat, sementara ujub menjadikan hamba enggan memohon ampun.” Karena itu, seorang Muslim harus selalu ingat bahwa amal apa pun hanyalah karena rahmat Allah, bukan kekuatannya sendiri.
Baca Juga: Tabligh Akbar Jawa Tengah 2025, Saatnya Umat Bersatu Hadapi Krisis Global dengan Ukhuwah Islamiyah
Keempat, Bergantung Hati pada Selain Allah. Bentuk syirik tersembunyi lainnya adalah bergantung hati kepada selain Allah. Seorang Muslim bisa jatuh ke dalamnya ketika terlalu berharap pada manusia, harta, jabatan, atau benda, seolah-olah merekalah yang memberi rezeki dan keselamatan. Padahal, Allah-lah satu-satunya tempat bergantung.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (Qs. Al-Baqarah: 165)
Rasulullah SAW pun bersabda,
Baca Juga: Tertib Itu Sunnah yang Terlupakan
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barang siapa menggantungkan dirinya kepada sesuatu, maka dia akan diserahkan kepada sesuatu itu.” (HR. Ahmad, no. 17440, hasan)
Maka, bergantunglah hanya kepada Allah. Tawakal sejati adalah keyakinan penuh bahwa segala urusan, rezeki, dan keselamatan datang dari Allah semata. Allah Ta’ala menegaskan,
وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang beriman.” (Qs. Al-Ma’idah: 23)
Empat bentuk syirik tersembunyi ini—riya, sum’ah, ujub, dan bergantung hati pada selain Allah—adalah penyakit yang sering kali menyusup tanpa disadari. Mereka tidak menampakkan diri secara terang-terangan, namun mampu menghapus pahala amal kebaikan.
Baca Juga: Teka-Teki Hudzaifah dan Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib
Para salaf sangat takut terhadap syirik tersembunyi, padahal mereka jauh lebih saleh dari kita. Imam Ibrahim at-Taimi rahimahullah pernah berkata, “Aku tidak pernah membandingkan ucapanku dengan amalanku, kecuali aku takut amalanku adalah dusta terhadap ucapanku.”
Maka, setiap Muslim hendaknya selalu memohon perlindungan kepada Allah dari syirik kecil maupun besar. Perbanyaklah doa yang diajarkan Rasulullah SAW,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad, no. 27830).
Syirik tersembunyi adalah bahaya yang sering tidak disadari, namun mampu menghancurkan pahala ibadah. Dengan meluruskan niat, menyembunyikan amal, memperbanyak doa, serta selalu mengembalikan pujian kepada Allah, insyaAllah seorang Muslim akan lebih selamat dari jebakan syirik kecil yang bersemayam dalam hati.[]
Baca Juga: Keadilan, Pilar Utama Peradaban Manusia
Mi’raj News Agency (MINA)