Syukur dan Sabar, Bekal Ramadhan Saat Covid 19

Oleh: Arief Rahman, Pemimpin Umum MINA

Rasa dan gembira patutlah kita panjatkan kepada Allah karena masih diberikan kesempatan bertemu dengan bulan 1442 H. Bulan penuh berkah dan rahmat serta ampunan dari Allah.

Tidak ada sikap lain bagi setiap mukmin selain bersyukur dan bergembira dapat memasuki bulan yang memiliki keutamaan dari awal sampai akhir sebagai mana hadits menyebutkan, “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya. Di bulan Ramdhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”

Puasa tahun ini adalah Ramadhan kedua saat pandemi masih berlangsung, setelah kemunculan virus ini pada awal tahun 2020.

Berdasarkan Pusat Informasi Covid-19 yang dapat diakses di laman https://covid19.go.id/ per tanggal 13 april 2021, warga yang telah dinyatakan positif sebanyak 1.577.526 sementara sembuh 1.426.145  dan yang meninggal 42.782 jiwa.

Di antara mereka yang meninggal akibat wabah Covid-19  bisa jadi adalah orang-orang yang kita sayangi.

Kita sangat berduka pastinya, tapi yakinlah bahwa kepergian mereka adalah bentuk kasih sayang dan takdir terbaik dari Allah. Kita memiliki keterbatasan pengetahuan atasnya, sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 216 :

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Sikap terbaik yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat kita menerima musibah adalah bersabar. Ini karena kesabaran atas musibah mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah.

Ini seperti diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya: “Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah seseorang dianugerahkan (oleh Allah Subhanahu wa ta’ala) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) daripada (sifat) .” (HR Al Bukhari).

Sementara di antara yang sembuh dan tidak/belum terdampak, bisa jadi itu adalah kita sendiri dan juga orang-orang terdekat, pastinya ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah. Maka sudah sewajarnya kita bersyukur dan memanfaatkan waktu yang tersisa ini untuk melakukan segala bentuk kebaikan dan dihindari kelalaian atasnya. Sebagaimana dinyatakan Rasulllah SAW dalam sabdanya :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya: ”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu).

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Saat ini ikhtiar terus dilakukan untuk menjaga nikmat kesehatan tersebut dengan berbagai cara. Cara yang paling sederhana dilakukan dengan 3 M yaitu mencuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak.

Ikhtiar lain dalam mengurangi laju wabah Covid19 adalah vaksinasi massal yang saat ini dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta. Berdasarkan data butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk menuntaskan vaksinasi bagi rakyat Indonesia. Itupun hanya 75 % dari populasi rakyat Indonesia. Bukan pekerjaan ringan dan bukan waktu yang pendek.

Dari sisi ekonomi, dampak yang terasa bagi masyarakat adalah terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan sebagaimana disampaikan Kristalina Georgieva kepala International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini di hadapan pertemuan negara-negara G30.

Melihat seluruh kondisi ini selayaknya kita ingat bagaimana pesan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

Pada ayat lain Allah berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11).

Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).

Sekali lagi, kesabaran menjadi salah satu bekal bagi kita dalam menghadapi situasi ini. Demikianlah kehadiran Ramadhan 1442 H saat ini merupakan anugerah yang tidak terkira dari Allah kepada kita semua.

Karena itu, marilah kita optimalkan waktu demi waktu yang tersisa untuk menghadirkan upaya terbaik kita dalam mensyukuri nikmat ini.

Kebersamaan dalam keluarga, kenikmatan bersahur dan berbuka walau dengan keterbatasan yang kita miliki, tidak akan mengurangi limpahan rahmat dan keberkahan yang Allah berikan kepada mereka yang menjalani ibadah Ramadhan ini dengan modal syukur dan sabar.

Di dalam ayat dikatakan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7).

Sehingga kita dapat menikmati surga sebagai balasan bagi orang yang bertakwa, sebagaimana firman-Nya:

 

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ

Artinya: “Dan dengan takwa kita akan mendapatkan surga yang penuh dengan kenikmatan”. (QS Ath-Thur :17).

Tidak lupa marilah kita perbanyak berdoa saat mustajab, yakni saat sahur dan berbuka. Semoga Allah memberikan pahala takwa atas seluruh rangkaian ibadah yang kita kerjakan selama bulan Ramadahan ini. Aamiin. Wallahua’lam bishshahawab. (A/PU/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)