Jakarta, MINA – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menargetkan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia bisa kurang dari satu persen pada tahun 2024.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Jumeri mengatakan, pemerintah akan berupaya untuk mewujudkan target tersebut.
“Pemerintah telah membuat strategi penurunan angka buta aksara menjadi kurang dari satu persen pada 2024 dan menjadi kurang dari 0,05 persen pada akhir 2030,” kata Jumeri pada peringatan Hari Aksara Internasional 2021 secara virtual pada Rabu (8/9).
Jumeri menyebutkan, sebelumnya jumlah penduduk buta aksara usia 15 sampai 59 tahun di Indonesia pada 2019 mencapai 1,78 persen atau 3.081.136 orang.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Kemudian tahun 2020, jumlah penduduk buta aksara berkurang menjadi menjadi 2.961.060 orang atau 1,71 persen dari populasi berusia 15 tahun ke atas.
“Kemudian tahun berikutnya, 2020, sudah turun menjadi 1,71 persen,” ucapnya.
Namun ada beberapa provinsi yang angka buta aksaranya masih tergolong tinggi, yakni Papua (22,03 persen), Nusa Tenggara Barat (7,52 persen), Sulawesi Barat (4,46 persen), Nusa Tenggara Timur (4,24 persen), dan Sulawesi Selatan (4,11 persen).
Menurutnya, strategi pemerintah untuk menurunkan angka buta aksara mencakup upaya peningkatan literasi remaja melalui pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan dan penguatan literasi masyarakat, dan kolaborasi satuan pendidikan.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Ini merupakan salah satu strategi Kami untuk menurunkan angka buta aksara di Indonesia. Jadi kurikulum kita dengan penguatan literasi numerasi dan karakter,” ujarnya.(L/R5/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September