Oleh : Deni Hendra, Alumni Universitas Negeri Padang (UNP), jurusan Ekonomi Pembangunan.
Tinggal menghitung hari pergantian tahun baru, dari 2014 ke 2015. Setiap bangsa dan agama di dunia ini mempunyai kalender tersendiri dalam pergantian tahun baru nya. Seperti bangsa Cina Menggunakan kalender Cina yang di kenal dengan istilah Imlek. Bangsa Persia mengguna kalender Persia yang di kenal dengan istilah Norouz. Umat Kristen menggunakan kalender Gregorian (Kalender Masehi) dan umat Islam menggunakan kalender Hijriyah. Dan mereka mempunyai cara tersendiri dalam menyambut tahun baru.
Pada tahun 1582, Paus Gregorius menetapkan tanggal 1 Januari sebagai tahun baru bangsa Romawi (umat kristen). Hingga sekarang sebagian besar bangsa di dunia ini termasuk Indonesia mengikuti kalender Gregorian, yaitu tahun masehi. Dimana setiap tanggal 1 Januari merupakan tahun baru nya. Sehingga pada malam 1 Januari di berbagai pelosok wilayah Indonesia, langitnya dihiasi oleh warna-warni kembang api dan kicauan suara terompet. Dan ini sudah membudaya di Indonesia walaupun bukan budaya asli Indonesia.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan budaya seperti ini. Hanya saja sebagai bangsa yang cerdas tentu harus memfilter budaya-budaya yang masuk. Setiap malam perayaan tahun baru bukan hanya wana-warni kembang api yang terlihat dan kicauan suara terompet yang terdengar tetapi diiringi dengan kegiatan pezinaan dan kerusakan moral lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan penjualan kondom yang drastis pada akhir tahun, banyak kondom bekas yang berserakan pada tanggal 1 Januari, peningkatan penjualan minuman keras dan lain sebagainya.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Malam tahun baru di kalangan muda-mudi merupakan waktu yang romantis untuk dilewati bersama. Bahkan sebagian orang tua memberi izin kepada anaknya untuk melewati malam tahun baru. Sehingga ada yang merayakan malam tahun baru dengan membakar ayam, membakar ikan dan menghidupkan api unggun untuk menunggu pagi sambil menyanyikan beberapa lagu yang diiringi suara gitar. Ada yang merayakan tahun baru dengan pesta minuman keras, pesta seksual dan lain sebagainya. Fenomena ini menunjukkan bahwa pemikiran yang beredar di masyarakat adalah malam tahun baru harus di isi dengan kegiatan euforia atau perayaan. Dan kuno rasanya jika di malam tahun baru berdiam diri di rumah.
Hal yang harus di lakukan Pemerintah
Malam tahun baru dijadikan momentum kerusakan pemuda Indonesia. Pemerintah harus segera mengambil sikap untuk menghadapi masalah ini. Pemerintah harus berpikir kreatif untuk mengisi malam tahun baru dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Maka langkah awal yang harus dilakukan pemerintah adalah. Pertama, pelarangan menggunakan terompet dan kembang api di malam tahun baru karena suara terompet dan kembang api mengganggu ketenangan masyarakat yang sedang istirahat. kedua, pemerintah membuat kegiatan-kegiatan positif di akhir tahun guna untuk mensosialisasikan makna dan hakekat pergantian waktu (paergantian tahun). Dan ketiga, pemerintah melakukan razia di pusat-pusat keramaian atau tempat-tempat yang di prediksi sebagai perayaan tahun baru.
Ketiga langkah tersebut harus konsisten dilakukan pemerintah karena mulai sekarang kebudayaan menyambut tahun baru segera dihentikan. Karena perayaan menyambut malam tahun baru memberikan dampak negatif terhadap putra-putri Indonesia. Kebijakan ini harus top-down agar seluruh stokholder masyarakat ikut berpartisipasi dalam mensukseskan kebijakan ini. Kebijakan pencerdasan masyarakat di lakukan secara menyeluruh dan totalitas. Baik melalui media massa, media cetak dan sarana-sarana yang dapat di gunakan untuk memberikan informasi ke masyarakat. Karena sebagian besar masyarakat masih ikut-ikutan dalam merayakan malam tahun baru.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sebenarnya pergantian tahun sama halnya dengan hari, pergantian minggu dan pergantian bulan. Makna dan hakekatnya adalah pergantian waktu. Dimana pergantian tahun dilakukan per 365 hari, pergantian bulan per 30 hari, pergantian minggu per 7 hari dan pergantian hari per 24 jam. Tak ada yang spesial dalam pergantian tahun. Hanya durasi waktunya saja yang berbeda. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia masih terjebak dengan pemberitaan yang ada media massa dan media cetak.
Apa yang bisa dilakukan masyarakat ?
Sebagai masyarakat yang cerdas, maka memontem pergantian waktu ini harus diisi dengan kegiatan evaluasi diri. Karena waktu adalah satuan hitung dalam membuat target hidup dan waktu adalah satuan hitung dalam perencanaan hidup. Maka pertanyan penting yang harus di jawab adalah apa yang telah kita perbuat pada hari ini? Apa yang telah kita perbuat pada minggu ini? Apa yang telah kita perbuat pada bulan ini? Dan apa yang telah kita perbuat pada tahun ini? Sehingga kita menjadi individu yang terus melakukan perbaikan diri. Seperti pepatah orang arab “ jika hari ini sama dengan hari kemarin maka kita termasuk orang yang merugi, jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka kita termasuk orang yang terlaknat dan jika hari ini lebih baik dari hari kemarin maka kita termasuk orang yang beruntung ”
Tahun 2015 merupakan awal dimulainya pasar bebas ASEAN. Ini merupakan peluang dan tantangan baru untuk Indonesia. Semoga kebaikan di tahun 2014 dapat ditingkatkan. Dan Semoga tahun 2015 merupakan awal kebangkitan Indonesia. (P007)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)