Gaza, MINA – Setelah meratakan ribuan rumah di Jalur Gaza, tentara penjajah Israel kini memasuki fase baru kejahatan dengan menjarah puing-puing bangunan warga Palestina untuk dijual demi keuntungan ekonomi. Langkah ini dilakukan dengan dalih “pembersihan puing”, tetapi kenyataannya menjadi ladang bisnis baru bagi Israel.
Menurut laporan Palestine Information Center, Senin (7/7) dari para aktivis, puing-puing yang terdiri dari besi, batu, hingga semen diangkut menggunakan truk dan buldoser Israel, lalu dibawa ke wilayah Israel.
Setelah didaur ulang, material ini dijual kembali ke perusahaan-perusahaan konstruksi Israel, menjadikan sisa-sisa rumah warga Gaza sebagai komoditas menguntungkan bagi penjajah Israel.
Aktivis menilai praktik ini tidak hanya untuk meraih untung, tetapi juga menghapus jejak kejahatan Israel, mencegah rakyat Gaza membangun kembali rumah mereka, serta melumpuhkan potensi perlawanan yang sering memanfaatkan reruntuhan untuk berlindung atau menyerang pasukan Israel.
Baca Juga: Hamas Sambut Seruan BRICS untuk Gencatan Senjata dan Penarikan Israel dari Gaza
Laporan surat kabar berbahasa Ibrani, Haaretz, menyebut setiap kontraktor swasta yang dikontrak tentara Israel menerima bayaran 5.000 shekel (sekitar Rp24 juta) untuk setiap rumah yang dihancurkan di Gaza.
Seorang tentara Israel mengakui, “Setiap momen kontraktor tidak menghancurkan rumah adalah kerugian finansial, dan pasukan harus memastikan kelancaran kerja mereka.”
Di media sosial, laporan ini menuai kemarahan luas. Banyak pengguna Palestina menuduh Israel secara terang-terangan mencuri puing Gaza demi meraup keuntungan sambil menunda upaya rekonstruksi di masa depan.
Mereka juga menganggap ini sebagai bentuk kontrol penuh Israel terhadap apa yang boleh masuk ke Gaza, termasuk bahan bangunan.
Baca Juga: Freedom Flotilla akan Berangkatkan Kapal Handala ke Gaza Pekan Depan
Beberapa warga menyebut praktik tersebut telah dilakukan di Rafah, Gaza utara, hingga timur Khan Yunis. Citra satelit bahkan memperlihatkan hilangnya puing-puing di banyak area, memperkuat dugaan adanya operasi sistematis untuk menghapus jejak kehancuran sebelum Gaza dibuka kembali ke dunia.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr. Munir Al-Bursh, menyebut penghancuran kini bukan lagi sekadar operasi militer melainkan telah berubah menjadi bisnis besar.
Dalam unggahan di platform X, ia menulis, “Apa yang terjadi di Jabalia lebih jelas dari laporan mana pun. Ini penghancuran sistematis, pengusiran paksa tanpa ampun, didorong oleh nafsu tak terbatas.”
Al-Bursh menekankan, tentara Israel bukan hanya mengeksekusi perintah tetapi menikmati peran sebagai “investor dalam kehancuran” yang dibayar untuk setiap rumah yang mereka hancurkan.
Baca Juga: Netanyahu Bertolak ke Washington, Bahas Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza
“Ini bukan perang. Ini kebijakan penghancuran yang disengaja dan diubah menjadi sistem ekonomi,” ujarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ben-Gvir Desak Netanyahu segera Taklukkan Gaza dan Hentikan Bantuan