Taufik Ismail Baca Puisi Palestina di Konferensi ICIM

Jakarta, 18 Sya’ban 1437/25 Mei 2016 (MINA) – Penyair terkemuka Indonesia membacakan pada sessi acara pembukaan International Conference of Islamic Media (ICIM) bertema “Islamic Media United to Protect Islam and Muslim Interests Especially Palestine and Al-Quds Liberation”, di Auditorium Adhyana Wisma ANTARA Jakarta, Rabu (25/5/2016).

Dengan suara syahdu dan bergetar, Taufik Ismail membacakan puisi “, Bagaimana Kami Bisa Melupakanmu” di hadapan sekitar 300 peserta konferensi dari berbagai negara di dunia, dari kalangan pemimpin redaksi, lembaga kemanusiaan, organisasi, tokoh dan pemuda.

“Saya ciptakan puisi ini sekitar 27 tahun lalu, tentang bagaimana hati kita tertuju pada Palestina, Masjid Al-Aqsha,” ujarnya sebelum membacakan puisis itu.

Taufik Ismail budayawan kelahiran Bukit Tinggi 80 tahun silam itu, didampingi Prof Nabila Lubis yang menerjemahkannya dalam bahasa Arab, pun membacakan puisi yang ia ciptakan tahun 1989 atau 27 tahun lalu itu.

Baca Juga:  Perkembangan Sistem Teknologi Berikan Peluang Berkreativitas

“Palestina, Bagaimana Kami Bisa Melupakanmu.

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku.

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu.

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kamipun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi ‘Allahu Akbar!’ dan ‘Bebaskan Palestina!’

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat, Ahmad Yassin dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah ‘la quwwatta illa billah!’

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu. 

Tanahku jauh, bila diukur kilometernya, beribu-ribu Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu Serasa terngiang-ngiang di telingaku.

Pembacaan puisi disertai aplaus dan teriakan takbir “Allahu Akbar”, menggema di ruang konferensi. Seusai pembacaan puisi, Taufik Ismail dan Nabila Lubis mendapat kalungan syal Al-Quds dari peserta asal Palestina. (P4/P2)

Baca Juga:  Wilayah 3T Jadi Prioritas Pembangunan Madrasah

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.