Jakarta, 18 Muharram 1436/11 November 2014 (MINA) – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bidang Wisata Syariah, Taufik Nur Hidayat mengatakan, pihaknya mengharapkan kepada pemerintah Indonesia saat ini agar lebih memperhatikan secara serius potensi wisata syariah di Indonesia.
“Saya berharap kepada presiden Republik Indonesia Joko Widodo beserta wakilnya Jusuf Kalla agar wisata syariah masuk dalam struktur setingkat eselon satu atau dirjen, karena potensi untuk menunjang pertumbuhan ekonomi cukup besar,” kata Taufik kepada Mi’raj Islamic Agency (MINA) melalui pesan singkatnya, Senin (10/11).
Taufik mengatakan, pembentukan struktur memang masih dalam tahap pembahasan, akan tetapi kalau tidak ada masukan dan dorongan dari pelaku industri pariwisata dan media. Kemungkinan untuk masuk struktur sangat kecil, padahal negara yang berpenduduk Muslim terbesar ini memiliki kebudayaan Islam yang beragam.
“Padahal kita sudah banyak melakukan kegiatan promosi, sosialisasi dan kerjasama dengan beberapa negara termasuk OKI, dalam rangka pengembangan produk wisata syariah yang kita miliki,” ujarnya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Ia juga mengatakan, Indonesia kaya akan obyek wisata pada budaya dan keindahan alam, namun masih belum digarap secara optimal. Potensi alam Indonesia seperti pegunungan, pantai, panorama, bangunan-bangunan sejarah menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung baik wisata domestik maupun wisata mancanegara guna menikmati eksotisme Indonesia.
Pada kesempatan yang lain, menurut Ketua Asosiasi Hotel dan Restoran Syari’ah Indonesia, Riyanto Sofyan mengatakan, perkembangan pariwisata Syari’ah di Indonesia dapat tumbuh cepat, sebab memiliki potensi yang besar sekali.
“Berdasarkan demografi masyarakat dunia saat ini, sekitar 56 persen warga muslim berada dalam masa produktif. Mereka mulai mengubah kebiasaan dari muslim tradisional ke muslim modern yang tidak menolak perubahan,” kata Sofyan.
Sofyan mengatakan, bahkan beberapa negara dunia, seperti Thailand, Australia, dan Amerika, yang selama ini kurang memperhatikan perkembangan wisata syariah, mulai merancang strategi untuk menghimpun potensi wisata syariah.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di seluruh dunia. Meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun mayoritas atau 80 persen dari total 250 juta jiwa penduduknya beragama Islam. Muslim di Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran.
Sedangkan di Indonesia sendiri, baru tersedia tiga belas tujuan wisata syari’ah, yaitu: Aceh, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat.
Nusa Tenggara Barat merupakan destinasi wisata syariah unggulan di Indonesia. Keputusan tersebut dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada beberapa bulan yang lalu.
Salah satu indikatornya yaitu sikap aktif dan semangat dari Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Nusa Tenggara Barat dalam melakukan promosi tentang potensi wisata syariah yang dimiliki. (L/P010)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng