Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CINTA YANG MEMBERIKAN CAHAYA

Septia Eka Putri - Jumat, 29 Agustus 2014 - 16:32 WIB

Jumat, 29 Agustus 2014 - 16:32 WIB

1972 Views ㅤ

Bunga
(Photo:Putri)
Bunga

(Photo:Putri)

Oleh : Septia Eka Putri, Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran [3] : 14).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Jika tiada bahu untuk bersandar dan tiada teman untuk berbicara, kita masih punya kepala untuk bersujud, tangan untuk berdoa dan Allah untuk mengadu.

Hidup ini di penuhi dengan rasa cinta. Jika tidak ada cinta, maka tak akan lahir manusia. Cinta kepada yang diingini, cinta kepada wanita, cinta kepada anak-anak, cinta harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah cinta kesenangan hidup di dunia.

Namun hanya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, cinta Allah lebih besar dibandingkan cinta manusia sesamanya.

Kadang, hati kita berkata ingin, tapi Allah berkata “Tunggu!” Saat semua terasa membosankan, sebenarnya Allah sedang menyuruh kita untuk terus melangkah.

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam

Putus asa hanya membuang-buang waktu. Semua yang Allah berikan adalah yg terbaik untuk kita. Pantaskan diri dulu, agar kita memang pantas untuk diri-Nya. Orang baik akan dipersatukan dengan orang baik oleh Allah, janji Allah Pasti.

Hidup ini memang dipenuhi dengan setiap masalah yang terus menggeluti hidup, tanpa masalah bukan hidup namanya. Karena itu, hadapi kehidupan dengan tersenyum dan selalu bersabar. Karena Allah pemilik alam semesta ini mempunyai segala hak untuk menentukan kehidupan dunia ini.

Cinta yang Memberi Cahaya

Terkadang kita salah mengartikan, apa cinta yang dimaksud, cinta kepada siapa, seperti apa cinta itu? Kalau cinta terhadap manusia, itu cinta biasa. Mengapa dikatakan cinta biasa? Ya, karena belum ada ikatan dan rasa yang menghubungkannya ke jalan Allah. Karena itu, cinta kepada Allah-lah yang sebenarnya cinta.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan

Maka, marilah kita berusaha untuk segera tahu dan mengenal cinta yang baik dan cinta yang benar dalam Islam. Sebab, banyak di antara kita yang mengartikan cinta dalam segi hal yang bukan sesuai dalil, hadits dan agama Islam.

Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ

Artinya : “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka ? Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : Mereka adalah satu kaum yang cinta-mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa saat orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita tatkala orang lain berduka cita.” (H.R. Abu Daud).

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Itulah cinta yang memberikan cahaya kebaikan dan cahaya keimanan kepada Allah, yakni kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan kekeluargaan atau harta benda. Cinta satu perjuangan dalam menegakkan kalimah Allah.

Mereka jika bertemu atau berpisah pun semata-mata karena Allah. Seperti disebutkan di dalam hadits:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا

Artinya : “Tidaklah dua orang Muslim berjumpa kemudian mereka berdua saling berjabat tangan kecuali diampuni (dosa) keduanya sebelum mereka berpisah.” (H.R. Abu Daud dan At-Tirmizi).

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Bahkan, cinta yang menumbuhkan cahaya itu, cinta karena Allah, dapat menumbuhkan keteduhan jiwa. Seperti disebutkan di dalam hadits qudsi :

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي

Artinya : “Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman : “Di manakah orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan naungan-Ku pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku.” (H.R. Muslim).

Dengan cinta karena Allah itu, ia rela berkunjung ke rumah sahabatnya, hanya untuk bersilaturahim. Seperti digambarkan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, yang menyebutkan, artinya, “Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata, “Kau mau ke mana?” Ia menjawab, “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini”. Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?” Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah”. Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya” (H.R. Muslim)

Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan, jika mereka telah mampu saling mencintai karena Allah, maka mereka sesengguhnya telah merasakan lezatnya iman.

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

Beliau menyebutkan di dalam haditsnya :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Artinya : “Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan lezatnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Subhanallah, semoga kita dapat meraih cinta yang memberikan cahaya keimanan tersebut. Amin.

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khutbah Jumat
Kolom
Tausiyah
Feature
Feature