Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukan hanya identik dengan kelahiran Nabi. Namun, yang jauh lebih penting adalah mengambil hikmah dengan meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Termasuk meneladani bagaimana perlakuan terbaik beliau terhadap keluarganya, khususnya terhadap istri-istrinya.
Berikut beberapa perlakuan terbaik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terhadap ibunya orang-orang beriman (ummul mukminin), di antaranya:
- Mengarahkan istri-istrinya untuk ibadah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan istri-istrinya untuk taat kepada Allah.
Baca Juga: Muslimah Produktif: Rahasia Mengelola Waktu di Era Digital
Beliau tidak segan membangunkan istrinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha, untuk shalat malam.
- Tidak memberatkan istrinya
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai suami menginginkan kemudahan bagi istri-istri beliau. Dan ini merupakan karakter beliau yang suka mempermudah urusan orang lain.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, mengatakan, yang artinya, “Rasulullah tidaklah dihadapkan pada dua pilihan, melainkan ia pilih yang paling mudah di antara keduanya. Selama itu bukan sebuah dosa.”
- Sangat mempercayai istri-istrinya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat mempercayai istri-istrinya dan tidak pernah mengkhianatinya sekecil apa pun.
Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Bahagia: Kunci Kesuksesan Muslimah di Rumah
Maka, beliau sangat mempercayai apa yang dikerjakan istri-istrinya saat beliau melaksanakan tugas-tugas kenabian, memimpin peperangan berbulan-bulan, dan saat di rumah.
- Minum di gelas yang sama
Belaian yang baik beliau tunjukkan dalam minum, yang kelihatannya sepele. Beliau jika disodori segelas air minum, istrinya diminta minum terlebih dahulu.
Ini seperti diakui salah satu istri beliau, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dia mengatakan bahwa ketika dia sedang haid dan menyerahkan segelas air minum kepada Nabi, Nabi memintanya untuk minum lebih dulu. Kemudian Nabi meletakkan mulutnya di gelas bekas Aisyah minum.
- Mandi di satu wadah yang sama
Aisyah ummul mukminin mengabarkan sebagian momen pribadinya bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, di antaranya ia pernah mandi junub bersama beliau dari satu bejana air. Aisyah berdua Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menggayung air secara bersamaan.
Baca Juga: Peran Muslimah di Akhir Zaman: Ibadah, Dakwah, dan Keluarga
- Menghormati keluarga dan teman
Aisyah pernah merasakan cemburu pada istri pertama Nabi yaitu Khadijah. Padahal Khadijah sudah wafat.
Pasalnya, Nabi jika menyembelih seekor domba, Nabi akan membagikan dagingnya untuk kerabat dan teman-teman almarhumah Khadijah.
Di sini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan bagaimana menghormati keluarga dan teman-teman istrinya, walapun istrinya telah meninggal.
- Merawat istri ketika sakit
Memang istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak ada yang pernah sakit yang memerlukan perawatan khusus. Namun, beliau sangat perhatian terhadap para sahabatnya jika istri mereka sedang sakit, yang perlu perawatan khusus. Maka beliau mengarahkan sahabatnya itu untuk memprioritaskan mendampingi dan merawat istrinya.
Baca Juga: Kesabaran Seorang Istri
Salah satu kebijakan beliau adalah ketika sahabat Utsman bin Affan minta izin tidak ikut berangkat dalam Perang Badar karena harus merawat sang istri yang sedang sakit.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun memberikan izin dan mengatakan kepada sahabat Utsman bin Affan bahwa Utsman memperoleh pahala yang sama seperti orang yang ikut Perang Badar, karena merawat istri yang sakit.
- Bersandar di pangkuan istri
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa meletakkan kepalanya di pangkuan Aisyah, padahal Aisyah sedang haid.
- Mengajak bepergian
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam jika hendak bepergian, ketika akan berperang misalnya, beliau biasanya mengundi di antara istri-istrinya, untuk diajak bersama beliau menemani perjalanan beliau.
Baca Juga: Muslimat dan Dakwah, Menyebarkan Kebaikan Lewat Akhlak
- Menghibur sang istri
Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama istrinya, Shafiyah, beliau mengusap air mata Shafiyah dengan tangannya saat Shafiyah menangis.
Kejadian tersebut terjadi ketika Shafiyah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam perjalanan.
Hari itu adalah giliran Shafiyah membersamai Nabi. Akan tetapi, kendaraan yang ditumpangi Shafiyah sangat lambat jalannya. Lantas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berhenti dan menghampiri kepadanya, dan tampak Shafiyah menangis. Diapun berkata, “Engkau membawaku di atas unta yang lamban.”
Kemudian Rasulullah mendekatinya dan menyeka air mata Shafiyah dengan kedua tangannya.
Baca Juga: Belajar dari Ibunda Khadijah RA, Teladan untuk Muslimah Akhir Zaman
- Tetap perhatian kepada istri yang berhalangan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tetap memperhatikan kepada istri-istrinya, yang dalam keadaan berhalangan (haid) sekalipun.
Beliau memberikan contoh yang baik, tidak seperti orang-orang Yahudi yang tidak mau makan dan minum satu meja bersama istri, ketika istri sedang berhalangan.
- Memperhatikan penampilan diri
Ketika Nabi memasuki rumahnya, terlebih ketika hendak menemui istrinya, beliau akan mulai dengan membersihkan dirinya, bersiwak terlebih dahulu, dan berdandan atau berpenampilan diri yang menarik (memakai pakaian yang bagus, memakai parfum).
- Memaklumi kekurangan istri
Adalah baginda Nabi sangat memaklumi kekurangan yang terdapat pada istri-istrinya. Jika ada sesuatu yang mungkin tidak disukainya, beliau tidak lantas membencinya.
Baca Juga: Muslimah: Kekuatan Lembut Penggerak Perubahan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan nasihat kepada para sahabatnya, dengan wejangan, “Seorang mukmin laki-laki tidak boleh membenci mukmin perempuan. Jika dia tidak menyukai salah satu sifat wanita tersebut, maka dia akan senang dengan sifat yang lain.”
- Memanggil dengan nama yang baik
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam suka memanggil dengan panggilan yang baik, seperti kalau memanggil ‘Aisyah, istrinya, dengan “Ya Khumaira”. (wahai yang kemerahan).
- Membantu pekerjaan rumah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak sungkan membantu pekerjaan di rumahnya, seperti menambal pakaiannya yang robek, memerah susu dombanya, dan melayani kebutuhan dirinya sendiri.
- Mencium istri saat keluar rumah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mencium istrinya, ketika keluar rumah untuk shalat berjamaah di masjid.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
- Mengajak bermain
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam acapkali mengajak istrinya bermain. Mulai dari sekedar jalan kaki, sampai adu berlari.
- Tidak pernah mencela
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah mencela makanan atau minuman yang disajikan istrinya. Jika beliau menginginkan makanan itu, maka ia memakannya, jika beliau tidak suka, beliau tidak mencelanya, hanya tidak memakannya.
- Tidak pernah membentak apalagi memukul
Seluruh istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjadi saksi bahwa sepanjang mereka berumah tangga dengan Nabi, Nabi tidak pernah sekalipun membentak, berkata kasar, apalagi sampai memukul istrinya. Jika pun beliau marah, beliau hanya memberikan nasihat atau paling pauncak sekedar mendiamkan istrinya sesuai batas waktu.
Begitulah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat memperhatikan istri-istrinya dengan perlakuan yang terbaik.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Beliau juga berpesan kepada para suami dalam memperlakukan istrinya, dengan nasihatnya, di antaranya, “Perlakukanlah wanita dengan baik, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya jika dibiarkan maka akan tetap bengkok, maka perlakukanlah wanita dengan baik.”
Pesan tersebut mengandung pemahaman yang sangat indah tentang hakikat wanita, wabil khusus istri di rumah tangga.
Perpaduan keteladanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ketaatan kepada Allah, perhatian pada ibadah, berpaut dengan kemesraan, romantisme, kegembiraan sekaligus saling menghargai satu dengan yang lainnya.
Patut kiranya menjadi contoh kita semua sebagai umatnya. []
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Mi’raj News Agency (MINA)