Jakarta, MINA– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menemukan ada buku terkait sejarah pendirian NU yang memuat narasi menyimpang dan menginstruksikan penarikan peredaranya yang digunakan sebagai bahan referensi di madrasah.
“Kami perintahkan kepada Lembaga Pendidikan Ma’arif dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) untuk melakukan penelitian secara menyeluruh dan mendalam dan apabila memang ditemukan buku-buku atau bahan ajar yang seperti itu, ini harus dicabut, harus ditarik dari peredaran, dan tidak boleh dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan NU. Karena bukan hanya mengaburkan, bahkan menyimpangkan sejarah berdirinya NU,” ujar Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam konferensi pers usai Rapat Pleno di Jakarta,Ahad (28/7).
Gus Yahya menjelaskan, PBNU mendapat laporan dari warga tentang adanya sejarah proses berdirinya NU yang menyimpang. Buku sejarah NU seharusnya bercerita mengenai pendirian NU melalui proses dialog panjang antara KH Hasyim Asy’ari dan sejumlah kiai lainnya, disertai dengan dengan catatan-catatan yang jelas.
“Tapi tiba-tiba ada narasi baru, dengan memasukkan cerita baru bahwa ini ada proses yang berbeda dari yang itu, kemudian memasukkan juga tokoh-tokoh baru,” katanya, dengan menegaskan penyimpangan sejarah itu harus dikoreksi dan itu menjadi tugas PBNU.
Baca Juga: Prabowo Klaim Raih Komitmen Investasi $8,5 Miliar dari Inggris
“Saya kira menjadi kewajiban dari PBNU untuk meluruskan ini. Apabila memang ditemukan bahwa materi-materi ini kemudian dibawa masuk ke lembaga-lembaga pendidikan NU, maka harus dicabut,” ucapnya.
PBNU menggelar pleno di Jakarta, pada Sabtu-Ahad, 27-28 Juli 2024/20-21 Muharam 1446 H. Pleno PBNU dihadiri para pengurus PBNU bagian syuriyah, tanfidziyah, a’wan, ketua-ketua lembaga, dan badan otonom. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Fun Run Solidarity For Palestine Bukti Dukungan Indonesia kepada Palestina