Jakarta, MINA – Teripang atau Timun Laut merupakan kelompok biota laut yang termasuk ke dalam filum Echinodermata, dan dipercaya memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan.
Berkaitan dengan potensi teripang, Tutik Murniasih, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) menjelaskan, teripang memang memiliki bentuk yang kurang menarik, tetapi teripang tetap diminati untuk dikonsumsi.
”Masyarakat saat ini sudah sadar untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dari produk alami karena memiliki manfaat fisiologis dan mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit kronis,” jelasnya di Jakarta, Kamis (22/2).
Contohnya adalah teripang Stichopus vastus yang tergolong teripang murah. Namun demikian, teripang Stichopus vastus memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk obat dan makanan kesehatan yang bernilai ekonomi tinggi.
Baca Juga: Dr. Nurokhim Ajak Pemuda Bangkit untuk Pembebasan Al-Aqsa Lewat Game Online
“Teripang dapat diolah menjadi makanan kesehatan pendamping atau penambah program diet, nutrisi atau kondisi tubuh tertentu dan bukan merupakan pengganti makanan,” ungkapnya.
Tutik mengungkapkan, LIPI telah mengembangkan formula suplemen dari teripang dengan warna putih keruh, berbau khas dan berbentuk kental.
“Formulasi sediaan dalam bentuk cair mempunyai banyak keuntungan, yaitu kemudahan dalam penentuan dosis, kemudahan untuk ditelan dan pertimbangan bioavailabilitas. Selain itu kandungannya lebih mudah diserap tubuh,” kata Tutik.
Ia menambahkan, dari hasil analisis organoleptik (bau, warna dan bentuk) menunjukkan penyimpanan pada suhu ruangan dan suhu lemari pendingin selama 24 jam tidak menyebabkan perubahan warna dan bau.
Baca Juga: Cinta dan Perjuangan Pembebasan Masjid Al-Aqsa Harus Didasari Keilmuan
“Formula tersebut menunjukkan kestabilan terhadap jamur dan mikroorganisme dan untuk tingkat keamanan formula, analisis menunjukkan hasil yang negatif untuk cemaran logam berat,” lanjut Tutik.
Bahkan, formula yang dihasilkan memiliki kandungan kondroitin sulfat (500-2000 mg/100g) dan glukosamin (1000-4000 mg/100g). “Invensi ini sedang dalam proses pengusulan paten dan diharapkan dapat menjadi substitusi impor produk-produk sejenis yang saat ini beredar di masyarakat,” pungkasnya. (L/R09/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lewat Wakaf & Zakat Run 2024, Masyarakat Diajak Berolahraga Sambil Beramal