Media sosial sempat ricuh dengan beberapa asumsi berujung tanda tanya, kenapa si penembak massal (mass shooter) bernama Stephen Paddock yang merenggut nyawa 59 orang di LasVegas tadi malam tidak dikatakan sebagai “terroris”.
Sudah bukan barang asing, media barat selalu menggunakan jargon standar ganda tertutama dalam menyudutkan Islam dan Muslim. Sekiranya penembak itu Muslim, pasti akan dipreteli segala aspek tentang kepribadiannya termasuk dalam ranah privasi seperti agama dan keluarga. Namun apabila pelaku itu berkulit putih (white man), kandas tidak pernah ada blow up asal usul keturunan atau agamanya.
Memang, mengategorikan penembak massal ini sebagai teroris juga tidak tepat. Karena, jika semua tindak kriminal pembunuhan dikategorikan sebagai aksi terorisme, bisa jadi densus akan membrangus teroris bukan tindak kriminal.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Pada akhirnya penulis bisa menyimpulkan bahwa hal yang membedakan antara aksi teroris dan tindak kriminal adalah motif politik.
Asal usul istilah terorisme muncul dari istilah pemerintahan teror (Reign of Terror) pada pusaran Revolusi Perancis. Saat itu, pemerintah Perancis yang dipimpin oleh Roberspiere melakukan eksekusi besar-besaran untuk menakut-nakuti rakyatnya yang ingin memberontak pada rentang tahun 1793–1794. Diperkirakan 40.000 orang dieksekusi karena dianggap penjahat revolusi.
Meski istilah terorisme baru mencuat setelah adanya tragedi teror 11 September 2001 di Amerika Serikat, namun, perilaku terorisme itu sendiri sudah muncul sejak lama. Contoh awal terorisme terjadi yang tercatat dalam sejarah ialah perilaku orang-orang Yahudi Zealots yang membunuh dan menculik orang-orang (lebih tepatnya mungkin tentara-tentara) Roma.
Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menakut-nakuti kekuasaan Roma yang begitu superior di Judah. Dalam perjalanan waktu, terorisme juga menjadi salah satu pemantik terjadinya Perang Dunia Pertama ketika Pangeran Kekaisaran Austria-Hungaria Franz Ferdinand dibunuh oleh anggota organisasi Black Hand yang memiliki afiliasi dengan Serbia. Banyak definisi tentang terorisme namun tidak ada kesepakatan pasti yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Jadi, arti singkat teroris adalah mereka yang menggunakan tindakan keganasan untuk menciptakan suasana takut (terror) untuk mencapai tujuan politik. Maka tidak disebut aksi teroris jika tidak ada unsur atau kriteria berikut ; keganasan, politik, ketakutan.
Kaum Khawarij dituduh teroris karena mereka menggunakan keganasan untuk mencapai tujuan politik. Juga peristiwa pembunuhan massal yang sering terjadi di Amerika selalu kental dengan isu politisme. Selama ini, orang putih di Amerika mendapatkan keistimewaan dibandingkan dengan etnis lain. Sudah jelas bahwa frame media barat bermotifkan politik, seperti dilansir di beberapa media bahwa pelaku saat menembak sambil berteriak “Aryan Power” atau “White Men Never Die“, ungkapan ini menjurus pada fanatisme pada etnis kulit putih.
Dalam banyak kasus penembakan massal, pelaku biasanya adalah seorang psikopat yang mempunyai kepribadian anti sosial (antisocial tendency). motifnya, mereka membunuh semata mata untuk mendapatkan kepuasan, membalas dendam, atau frustasi dengan kehidupan. Kebanyakan mereka akan bunuh diri setelah melakukan pembunuhan.
Dalam kasus ini, Paddock terpengaruh oleh ayahnya (yang merupakan kriminal kelas kakap), frustasi atas hidup yang terlilit hutang, juga mengamuk karena kalah judi. Tindakannya tidak berbau politik.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Teroris bisa tumbuh dari segala macam latar belakang, tidak hanya Muslim, Kristen (Ku Klux Klan), Buddhis (Gerakan 969 di Myanmar), Hindu (Abhinav Bharat di India), Yahudi (Zionis) atau Ateis (Society of the Godless di Uni Soviet).
Sepatutnya kita bisa bantah pembiasan media barat dalam menggunakan kata terorisme. karena dalam banyak highlight selalu yang dimaksudkan adalah teroris Muslim (bukan yang lainnya), dan hanya garis tipis yang membedakan antara istilah teroris dan pejuang kebebasan (freedom fighter). ketika perjuangan tidak berhasil secara otomatis akan disebut sebagai tindak teroris. Tapi, kalau perjuangan berhasil, maka disebut sebagai freedom fighter.
Sebagai contohnya para pendiri Amerika telah menggunakan taktik “terror” saat berjuang merebut kemerdekaannya dari Inggris, tapi karena Amerika saat ini berjaya, mereka tidak dikategorikan sebagai teroris oleh “sejarahwan”. History is written by the victors. (RA1/RS3)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
sumber terkait : https://www.selasar.com/question/13513/Apa-itu-terorisme