Christchurch, Selandia Baru, MINA – Tersangka kelahiran Australia yang membantai puluhan jamaah Muslim di masjid Christchurch, Selandia Baru, sebelumnya telah menerbitkan sebuah manifesto yang memuji Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Anders Breivik, supremasi kulit putih Norwegia yang membunuh 77 orang di negaranya pada 2011.
Sebelum melakukan penembakan massal di Masjid Al Noor pada Jumat (15/3), pelaku yang menamakan dirinya “Brenton Tarrant” di media sosial, membuat dokumen setebal 74 halaman yang menjelaskan alasannya membunuhi orang Islam.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebut manifesto itu sebagai “karya kebencian”, demikian Al Jazeera melaporkan yang dikutip MINA.
Pelaku yang sudah ditahan oleh kepolisian Selandia Baru itu memuji Trump sebagai “simbol identitas kulit putih yang diperbarui.”
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Namun, Trump yang retorikanya kadang-kadang selaras dengan sayap kanan di AS, mengutuk “pembantaian mengerikan” itu dalam sebuah unggahan di Twitter.
Pria berusia 28 tahun itu juga mengklaim bahwa ia memiliki “kontak singkat” dengan Breivik dan telah menerima “berkah” atas tindakannya dari kenalan pembunuh massal itu.
Dokumen itu menyatakan keberatan terhadap imigrasi dan multikulturalisme, serta mengutuk budaya “pembusukan” dunia putih, Eropa, dan Barat.
Sebelumnya pada hari Jumat, setidaknya 49 orang tewas dan 20 lainnya terluka serius dalam penembakan di dua masjid di Christchurch, serangan terburuk dalam sejarah negara Pasifik tersebut.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Mayoritas korban ditembak di Masjid Al Noor, sedangkan sisanya terbunuh di masjid lain di Linwood, pinggiran kota Christchurch. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas