Tes PCR Jakarta Meningkat Disertai Penambahan Kasus, Masyarakat Diimbau Lebih Waspada

Jakarta, MINA – Kapasitas di Provinsi kian meningkat. Beberapa hari terakhir, jumlah tes PCR untuk menemukan diagnosis baru berada di kisaran 4.000 – 5.000 orang. Pada 2 September 2020, jumlahnya sebanyak 7.270 orang.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, terdapat dua laboratorium yang baru melaporkan hasil tes PCR setelah mendapat izin dari Kemenkes RI. Total sebanyak 56 laboratorium telah bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan pemeriksaan tes PCR.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia mengatakan, peningkatan kapasitas tes PCR di Jakarta ini turut disertai dengan penambahan jumlah kasus positif . Dari 7.270 orang yang dites PCR seperti disebut di atas, sebanyak 1.137 dinyatakan positif dan 6.133 negatif.

“Namun, total penambahan kasus terkini sebanyak 1.406 kasus, karena sebanyak 270 kasus adalah akumulasi data dari hari sebelumnya yang baru dilaporkan,” kata Dwi Oktaria dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (3/9).

Dia memaparkan, dari 1.406 kasus positif tersebut, 71 di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang sedang dikarantina di Wisma Atlet dan merupakan warga yang tinggal di luar DKI Jakarta (alamat tersebar di seluruh Indonesia).

“Dari penambahan kasus tersebut, 42 persen di antaranya adalah hasil tracing Puskesmas yang melakukan pemeriksaan kepada kontak erat pasien positif. Sementara, untuk tracing ratio di DKI Jakarta saat ini adalah 6, artinya dari 1 kasus positif, rata-rata 6 orang kontak erat akan diperiksakan PCR,” jelasnya.

Dwi menerangkan, 33 persen kasus positif tersebut adalah kasus yang diambil spesimen pada tanggal 27 dan 28 Agustus 2020.

“Jika dihitung mundur, masa inkubasi tersering adalah enam hari (inkubasi adalah lama waktu dari virus masuk sampai dengan menimbulkan gejala), lalu pasien mengakses pemeriksaan PCR 1-2 hari kemudian, maka periode penularan tertinggi pada 20 Agustus 2020,” katanya.

Dari total pasien positif di Jakarta, sekitar 55 persen adalah tanpa gejala, 32 persen bergejala, dan 13 persen tidak ada data. Untuk klaster terbesar di Jakarta adalah permukiman, lalu perkantoran.

“Penting untuk memastikan 3M berjalan dengan sebaik-baiknya di ranah privat/rumah dengan memaksimalkan peran Gugus Tugas RT/RW dan memastikan setiap orang menjalankan protokol kesehatan. Satu Rumah satu Kader COVID-19 menjadi penting,” ungkapnya.

Dia menambahkan, 7 persen kasus terjadi pada kelompok anak, 1 persen pada kelompok balita. 10 persen mengenai kelompok lansia di atas 60 tahun. Sedangkan, 70 persen kasus terjadi pada usia 19-50 tahun (usia produktif), di mana kelompok usia tersebut mobilitasnya relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.

“Pelajar/Mahasiswa, PNS, dan pegawai swasta adalah pekerjaan terbanyak yang sudah dapat diidentifikasi. Penting penguatan kepada ketiga kelompok tersebut,” tambahnya.

Untuk diketahui pula, jumlah kasus aktif di Jakarta sampai saat ini sebanyak 10.032 (orang yang masih dirawat/isolasi). Sedangkan, jumlah kasus Konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari ini sebanyak 43.709 kasus.

Dari jumlah tersebut, total 32.424 orang dinyatakan telah sembuh dengan tingkat kesembuhan 74,2 persen, dan total 1.253 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 2,9 persen. Untuk tes PCR total per 1 juta penduduk sebanyak 62.063, dengan positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir sebesar 12,5 persen. (L/R2/R1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments are closed.