Banda Aceh, MINA – Pimpinan Dayah Mini Banda Aceh yang juga anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh Tgk. H. Umar Rafsanjani, Lc, MA menegaskan bahwa Aceh tidak perlu pawang hujan karena itu “perbuatan syirik.”
Tgk Umar angkat bicara merespons penggunaan pawang hujan untuk mengamankan hujan menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XII Aceh – Sumut 2024 di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Banda Aceh, Selasa (27/8).
Bahkan dalam video yang beredar, seorang perempuan yang diduga Mbak Rara pawang hujan sedang melakukan ritual di Lapangan Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya Banda Aceh. Lokasi tersebut pada 9 September akan digunakan sebagai tempat opening seremoni PON XII Aceh – Sumut 2024.
Tgk Umar menjelaskan, dalam konteks masyarakat Aceh yang kaya akan tradisi dan budaya serta prinsip keagamaan yang kental, penting untuk mengingat dan mematuhi prinsip-prinsip agama Islam tersebut.
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
Salah satu praktik yang perlu dipertanyakan adalah seputar isu penggunaan pawang hujan untuk mengamankan hujan ketika menyambut PON di Aceh.
Menurutnya, praktik ini pasti menjadi perdebatan dalam masyarakat karena dianggap bertentangan dengan prinsip tauhid dalam Islam.
“Siapa yang memberikan izin kepada pawang itu? Apakah Pemerintah Aceh tahu akan hal ini? Kalau tahu, kenapa tidak dilarang? Atau pawang itu kiriman pemerintah pusat? jika benar, maaf ya, Aceh tidak perlu pawang hujan, kami masih percaya pada Malaikat Mikail untuk mengatur rezeki, termasuk hujan. Ini pelecehan bagi Aceh, jika pawang itu masih ada di Aceh pulangkan saja!” tegas Syech Umar.
Dirinya menjelaskan, Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu, termasuk cuaca dan hujan.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Di sisi lain, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Iskada Aceh, Azwir Nazar menyebut kehadiran Pawang Hujan Mba Rara dalam persiapan perhelatan PON di Aceh tidak sesuai dengan kearifan lokal dan berpotensi menjadi tontonan kesyirikan.
“Kita melihat dari video yang beredar, sangat kita sayangkan. Karena Aceh daerah syariat dan kita punya adat sendiri dalam menggelar even yang besar, seperti zikir dan doa,” sebut Azwir Nazar alias Tgk Turki. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda