Cileungsi, MINA – Tim MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) melakukan edukasi Covid-19 dan Swab Antigen (Rapid Test Antigen) di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi Bogor, Sabtu (27/2).
MER-C adalah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis, yang selama ini banyak bekerjasama dengan Jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah dalam berbagai kegiatan di dalam maupun di luar negeri.
Dalam paparannya, dr Taskuru R,Sp, PD dari Tim MER-C, mengatakan, musibah pendemi Covid-19 sudah berlangsung kurang lebih 1 tahun, Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus Covid-19 pada Senin 2 Maret lalu.
“Daftar gejala Covid-19 yang terus berkembang, menjadi semakin penting untuk tetap waspada dan menyadari gejala-gejala virus corona,” kata dr Taskuru.
Baca Juga: Tim Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban Longsor Jawa Tengah
Menurutnya, banyak orang menarik ke perbandingan dengan virus penyebab influenza, sebab virus corona baru dan virus flu sama-sama menyebabkan penyakit pernapasan.
“Namun, ada perbedaan penting antara kedua virus tersebut dan cara penyebarannya. Gejala yang sering dialami, batuk dan sesak nafas, karena virus corona menyerang saluran pernafasan,” kata dr Taskuru.
Ia menuturkan, gejala Covid-19 terbaru adalah makanan yang biasa dinikmati terasa hambar dan kehilangan indera penciuman tidak bisa mencium minyak kayu putih yang baunya menyengat.
“Hal tersebut perlu curiga, harus segera periksa,” katanya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Gejala paling umum terindikasi Covid-9 adalah demam, batuk kering dan kelelahan. Jika kita mengalami gejala sesak nafas harus segera dirawat ke rumah sakit. Demikian juga jika 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan saudara dan teman yang dianogsa Covid-19,” tambah dia.
Ia mengungkapkan, sebagai spesialis dengan pendidikan tentang penyakit dalam, ia termasuk dokter yang menangani pasien yang dianogsa terinveksi Covid-19.
Di hadapan hadirin yang sebagian besar adaah santri, dr Taskuru mengatakan : “Kalau santri daya tahan tubuhnya baik, karena masih muda–muda, sehingga bisa cepat sembuh. Beda dengan yang komorbid. ada penyakit penyerta. Mereka yang memiliki komorbid berisiko mengalami kondisi parah saat terinfeksi virus corona,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan tingkat stigma masyarakat yang harus dihindari terkait Covid-19.
Baca Juga: Lomba Mewarnai dan Menggambar Al-Aqsa Meriahkan Festival Baitul Maqdis di Samarinda
“Wajar jika ada kebingungan, kecemasan, dan ketakutan di kalangan masyarakat. Sayangnya, faktor-faktor ini juga memicu stereotip yang merugikan.”
“Kita harus melakukan pencegahan Covid-19 melalui penerapkan protokol kesehatan 3M, yaitu wajib memakai masker, wajib mencuci tangan dan wajib menjaga jarak, ini harus terus dilakukan,” katanya mengingatkan.
Angota Tim MER-C yang berkunjung ke Ponpes Al-Fatah Cileungsi Bogor lainnya diantaranya dr. Muhammad Edy, Izzati Rozi Zulmi, Ita Muswita. (L/R4/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kedatangan Ulama Asal Palestina Disambut Meriah Santri Al-Fatah Lampung
Baca Juga: Brebes Luncurkan Gerakan Kencana: Perkuat Kesiapsiagaan Bencana