Gaza, MINA – Sejumlah tokoh di Palestina setuju bahwa alasan utama di balik kesulitan yang dihadapi Gaza seperti minimnya air, listrik, bahan bakar dan obat-obatan adalah perpecahan di antara Palestina dan blokade yang diberlakukan Israel, menurut laporan Anadolu Agency (AA).
Hal itu terungkap dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Komisi Internasional untuk Mendukung Hak Rakyat Palestina (ICSPR) pada Rabu (30/1). Seminar itu membahas sejumlah masalah terkait minimnya kebutuhan dasar yang terus berlangsung di sejumlah wilayah Palestina.
Eshref Al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa sektor yang paling terkena dampak adalah sektor kesehatan.
“Masalah-masalah ini telah menyebabkan kurangnya obat-obatan, persediaan medis dan sumber daya manusia di sektor ini,” kata Qudra.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Dia mencatat bahwa obat-obatan dan persediaan medis di gudang Kementerian Kesehatan telah turun hingga 45 persen dan sektor kesehatan Gaza membutuhkan pasokan senilai USD 40 juta.
Sementara itu, Amjad Al-Shawa, Ketua Jaringan Organisasi non-Pemerintah Palestina di Gaza mengatakan, sejumlah LSM di Gaza sangat dipengaruhi oleh provokasi Israel di luar negeri, dan sebagai hasilnya, Uni Eropa telah memutuskan untuk tidak mendukung LSM di Palestina.
Menurut Al-Shawa, sejumlah LSM telah diteliti secara sepihak, tidak adil dan dianggap sebagai organisasi yang mencurigakan. Dampak lainnya adalah penutupan sejumlah rekening bank milik mereka.
Abu Al-Umereyn, anggota dewan dari perusahaan distribusi listrik di Gaza mengatakan, Jalur Gaza mengalami krisis energi terburuk dalam 24 tahun karena sumber daya yang terbatas dan peningkatan konsumsi.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Dia menekankan bahwa krisis energi terutama terkait dengan pendudukan Israel. (T/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon