Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

TRAGEDI AYLAN KURDI TERDAMPARNYA RASA KEMANUSIAAN

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 6 September 2015 - 17:57 WIB

Ahad, 6 September 2015 - 17:57 WIB

901 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan MINA (Miraj Islamic News Agency)

Aylan Kurdi, bocah berusia 3 (tiga) tahun, pengungsi asal Suriah yang tewas dan terdampar di pantai Bodrum, Turki, Rabu (2/9) begitu mengguncang dunia. Bukan sekedar dunia, tetapi rasa dan jiwa kemanusiaan seluruhnya.

bocah foto evoke

(Evoke)

Anak-anak usia balita yang semestinya sedang menikmati masa kecilnya, bermain bersama teman-teman sebayanya, dan tidur pulas di kasurnya tatkala gelap. Ia dipaksa situasi meninggalkan dunia ini dengan cara yang menyayat hati, tenggelam di laut, lalu jasadnya terampar di pantai. Sendiri. Tidur selamanya, beralas pasir, ditemani debur ombak, dijemur sinar matahari dan beratap langit.

Aylan beserta kakak kandungnya Galip Kurdi (5) harus meninggalkan Kobane, Suriah, akibat konflik peperangan di negaranya, bersama kedua orang tuanya dan puluhan warga lainnya, untuk menyelamatkan diri, berlayar ke negara lain.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Aylan, kakaknya dan teman-teman sebayanya menjadi korban perang bersenjata dari orang-orang yang lebih tua dari mereka, korban syahwat kekuasaan yang melupakan nasib warga tak berdosa. Di tengah para penguasa dunia yang tampak menutup mulut, mata dan telinga mereka untuk bisa menghentikan peperangan berdarah itu.

Sementara negara-negara yang mengklaim diri menjunjung hak asasi manusia (HAM) diam tidak menampung dan memberikan santunan manusiawi terhadap pengungsi lainnya, yang senasib dengan Aylan. Walaupun tidak tewas terdampar di pantai, tapi yang jelas terdampar jauh dari rasa perhatian kemanusiaan.

aylan-kiri-3th-dan-Galip-kanan-5-th-livemint-300x200.jpg" alt="aylan kiri 3th dan Galip kanan 5 th livemint" width="300" height="200" /> Aylan (kiri, 3th) dan Galip (kanan, 5 th). (Foto: livemint)

Akhir Perjalanan

Aylan Kurdi, balita lucu, yang suka tersenyum dan tertawa, seperti layaknya anak-anak seusianya. Hari naas itu, ia memakai baju merah menyala dan celana pendek, diajak mengungsi oleh orang tuanya bersama tak kurang dari 20 warga lainnya untuk meninggalkan rumah tinggalnya, tanah kelahirannya, tumpah darah yang dicintainya, kota Kobane, Suriah.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Kobane atau Kobani, warga Arab setempat menyebutnya dengan ‘Ayn al-‘arab adalah kota di priovinsi Aleppo, Suriah bagian utara. Sebuah wilayah yang saat ini memang menjadi daerah pertempuran sengit antara pasukan Suriah Kurdistan dan Daesh atau ISIS.

Maka, Rabu itu (2/9), ia dan pengungsi lainnya dengan menggunakan dua kapal boat  hendak menuju salah satu negara Eropa, Yunani, melalui pantai Turki. Kabarnya, mereka hendak melanjutkan kemudian ke Kanada, untuk meminta suaka perlindungan.

Di dekat pantai Turki, kapal yang ditumpanginya tenggelam karena kelebihan muatan, 12 jiwa, termasuk lima anak lainnya.

Abdullah ayah Aylan, berusaha memegang kedua puteranya, dan isterinya. Warga dewasa lainnya mencoba berbuat serupa. Namun, apa daya, hantaman gelombang lautan lepas, tak kuasa mereka tahan. Hingga memisahkan mereka semua. Ia sendiri selamat dan mampu ke seberang pantai.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

“Saya waktu itu memegang tangan isteri saya. Anak-anak saya juga saya peluk keduanya, namun kemudian terlepas akibat hantaman gelombang. Kami mencoba berpegangan di perahu sambil terus mencari-cari isteri dan anak-anak saya, di kegelapan”, ujarnya mengenang.

Aylan, kakaknya Galip, dan ibu kandungnya Rihan (35), serta korban lainnya, kini memang akhirnya tidak pernah menapakkan kaki mereka sampai ke Eropa.

Tubuh-tubuh mereka tenggelam di laut lepas, lalu terdampar, dan ditemukan di pantai Turki. Gelombang besar mengantarkan mereka ke daratan, termasuk tubuh mungil Aylan, dengan baju merah menyalanya, dengan celana pendeknya, lengkap dengan sepatu yang dikenakannya.

Tubuh Aylan diangkat oleh anggota polisi penyelamat Turki, dengan luka di bagian perut, semakin menyedihkan.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

aylan-di-pemakaman-khaskhaba.jpg" alt="ayah aylan di pemakaman khaskhaba" width="247" height="247" /> Abdullah Kurdi, di pemakaman Aylan dan Galip, putera-putera mereka, di Kobane, Suriah Jumat (4/9). (Foto: Khaskhaba)

Harapan Ayah Kurdi

Abdullah Kurdi, ayah Aylan dan Galip, tak kuasa membendung seluruh air matanya yang tumpah ruah, dan segala kelemahan jiwanya, yang membuatnya seolah tak kuasa berdiri, melihat semua kejadian di depan matanya. Nyawa isterinya dan kedua anak kesayangannya melayang begitu saja, ditelan gelombang, lalu tersampar dipantai.

Menurut Islamic News, dikonfirmasi mereka tewas bersama korban lainnya, 5 anak dan 1 perempuan. Sementara 7 orang berhasil diselamatkan dan 2 mencapai pantai.

Abdullah, ayah dari balita Kurdi bersaudara mengatakan dalam penguburan putera-putera terkasihnya di Kobane, Suriah, kampung halamannya, Jumat (4/9) setelah diterbangkan dari Turki. Ia mengharapkan perhatian dunia internasional untuk lebih perhatian dan bisa mencegah insiden seperti yang menimpa kedua anaknya, jangan sampai terjadi lagi. Termasuk yang pokok adalah bagaimana menyudahi konflik berdarah yang hanya menambah korban warga tak berdosa, anak-anak balita.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

“Kami ingin perhatian dunia. Biarlah ini menjadi yang terakhir,” ujarnya dengan kata-kata duka teramat mendalam.

Dalam sebuah pernyataannya di harian Turki Hurriyet, ia mengungkapkan, telah dua kali membayar penyelundup untuk membawa dia dan keluarganya ke Yunani, tetapi usaha mereka gagal. Mereka kemudian memutuskan untuk membeli perahu pada hari duka itu.

Harapan Abdullah Kurdi ayah Aylan adalah harapan seluruh manusia yang masih memiliki jiwa kemanusiaan.

Semua yang mencintai perdamaian dan persaudaraan manusia, tentu berharap konflik bersenjata yang mengakibatkan sekitar 11 juta warga atau setengah dari penduduk Suriah mengalami nasib tragis, agar segera berakhir.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Sebagian besar telah tewas mengenaskan oleh senjata api, reruntuhan gedung, hingga bom curah, dan tenggelam di lautan karena mengungsi.

Jutaan lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak konflik Suriah tahun 2011. Sekitar 4 juta telah dipaksa keluar negara sebagai pengungsi.

Termasuk rencana Aylan, bocah lucu usia tiga tahun, dan kakaknya Galip lima tahun, yang akhirnya tenggelam dan terdampar di pantai sana. Menunjukkan terdamparnya rasa kemanusiaan oleh gelombang ambisi kekuasaan dan perang berkepanjangan. Astaghfirullaah. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

Rekomendasi untuk Anda

Timur Tengah
Breaking News
Internasional
Timur Tengah
Timur Tengah