Garut, 28 Muharram 1438/29 Oktober 2016 (MINA) – Mengembalikan psikologis korban bencana pasca kejadian kembali ke semula merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan bukan perkara mudah.
Menurut Kepala Kebencanaan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, Soma Suparsa, penanganan korban pasca bencana atau trauma healing sepatutnya dilakukan tidak hanya sekali, karena mengobati psikis jauh lebih kompleks dibanding fisik.
“Apalagi jika daya tahan korban lemah, trauma healing dibutuhkan lebih dari sekali, karena kondisi manusia berbeda-beda,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Sabtu (29/10), di Garut.
Menurut pria yang akrab disapa Kopral tersebut, trauma healing bisa dilakukan dengan memberikan hiburan kepada korban pasca bencana. Bagi anak-anak bisa dilakukan dengan memberikan dongeng maupun lagu-lagu yang biasa diputar untuk mereka.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Selasa Siang Hingga Sore Ini
Menurutnya, selain trauma healing, hal paling penting lainnya adalah mitigasi, pelatihan dan persiapan untuk korban bencana jauh sebelum bencana terjadi. “Jadi kesiapan menghadapi bencana jauh lebih penting dilakukan, agar tidak ada trauma berlebihan,” tegasnya.
Soma bersama rekan-rekan Wanadri, MER-C kini tengah melakukan penanganan korban pasca trauma banjir di kecamatan Tarogong Kidul, Garut. Sebelumnya, kedua lembaga ini melakukan tanggap darurat kepada korban banjir Garut tidak lama setelah kejadian.
Selain dongeng dan lagu, kegiatan trauma healing kali ini dilakukan dengan menampilkan penyanyi, konser dan pemutaran film legendaris Nagabonar.
Kegiatan ini dilakukan atas kerjasama kedua pihak dengan Alumnsi SMP 5 Bandung Angkatan 80 (Lima Amanah), dan Panti Asuhan Anak Aledja Anggaradja.(L/R04/R02)
Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)