Brisbane, 24 Muharram 1436/16 November 2015 (MINA) – Perdana Menteri Turki, Ahmad Davutoglu telah membahas krisis di Suriah dan Irak dengan Presiden AS Barack Obama, Sabtu.
Davutoglu bertemu Obama, Putin, Cameron, Merkel dan Hollande di Sela-sela pertemuan kesembilan KTT G20 di kota pantai timur Australia Brisbane, membahas perkembangan terakhir di Suriah dan Irak mengingat ancaman dari kelompok militan ISIL atau ISIS. Anadolu Agency melaporkan seperti dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
Davutoglu telah menyampaikan dalam sambutannya Jumat di Brisbane, media melaporkan bahwa Presiden AS Barack Obama meminta penasihatnya untuk mengkaji ulang strategi-strategi Suriah menurut mereka.
CNN melaporkan pada Kamis (13/11) bahwa Obama telah menyerukan review setelah menyadari bahwa Negara Islam Irak dan Levant, atau ISIL tidak bisa dikalahkan kecuali Presiden Suriah Bashar Al-Assad digulingkan.
Baca Juga: Diboikot, Starbucks Tutup 50 Gerai di Malaysia
Perdana menteri Turki menekankan bahwa Turki telah lama berpendapat bahwa strategi terpadu diperlukan untuk memecahkan krisis Suriah daripada “titik dan strategi selektif” seperti serangan udara yang dilakukan oleh koalisi pimpinan AS di kota Suriah Kobani, dan seluruh Suriah serta Irak.
Koalisi internasional yang dipimpin AS, meliputi Perancis, Jerman, dan Arab Saudi, telah menggempur ISIS di Irak dan Suriah.
Davutoglu juga berterimakasih kepada Obama untuk pidatonya di Myanmar pada Kamis tersebut, di mana ia meminta para pemimpin negara untuk membatalkan rencana kontroversial yang bertujuan memaksa minoritas Muslim Rohingya untuk mengidentifikasi sebagai Bengali – istilah yang disukai oleh pemerintah karena menyiratkan kelompok adalah imigran ilegal dari Bangladesh.
Rencana Aksi negara bagian Rakhine, pemerintah Myanmar menawarkan kesempatan kewarganegaraan menjadi sekitar 1 juta Muslim Rohingya. Salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia menurut PBB. Tapi mereka hanya akan memenuhi syarat jika mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai “Bengali,” meskipun ada bukti mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Obama mendesak pemerintah menyusun rencana baru untuk memungkinkan Muslim Rohingya menjadi warga negara.
Namun, menurut Perdana Menteri Turki, Davutoglu perlu mengadakan pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Prancis Francois Hollande, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bersama dengan Korea Selatan dan pemimpin Indonesia untuk membahas masalah tersebut. (T/P007/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina