Istanbul, MINA – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak akan tinggal diam menghadapi serangan Islamofobia, kata Menteri Luar Negeri Turki pada Jumat (22/3).
Berbicara dalam pertemuan darurat OKI di Istanbul, yang bersidang atas permintaan Turki, Mevlut Cavusoglu bersumpah untuk mengambil sikap “terhadap semua ucapan kebencian, kekerasan, dan terorisme ini, baik lewat pembicaraan maupun langkah-langkah praktis.”
“Tidak ada agama atau kepercayaan yang dapat didefinisikan dengan kekerasan dan teror,” kata Cavusoglu sambil menambahkan bahwa perdamaian adalah “jantung Islam.” Demikian Anadolu Agency melaporkan dikutip MINA.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal OKI Yousef Al-Othaimeen mendesak untuk membendung ujaran kebencian anti-Muslim, seraya mengatakan teror tidak memiliki bahasa, agama, atau ras.
Baca Juga: Diplomat Rusia: Assad dan Keluarga Ada di Moskow
Al-Othaimeen menyebut serangan mematikan pekan lalu di Selandia Baru itu sebagai “titik balik” bagi Muslim, dan mereka akan terus menekan kekerasan.
Berbicara dalam acara itu, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru dan Menteri Luar Negeri Winston Peters mengatakan, pihaknya sangat mementingkan kebebasan, tapi menyebut serangan terhadap Muslim merupakan “serangan terhadap kita semua.”
“Polisi Selandia Baru meluncurkan investigasi terbesar dalam sejarah setelah serangan itu,” kata Peters, dan teroris yang bertanggung jawab akan menghabiskan sisa hidupnya sendirian di sel.
Jumat pekan lalu, setidaknya 50 Muslim terbunuh dan sejumlah lainnya terluka ketika Brenton Tarrant, 28, warga kelahiran Australia, memasuki masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch kemudian menembaki jamaah dengan darah dingin, termasuk empat anak di bawah 18 tahun. (T/R03/RS1)
Baca Juga: Penulis Inggris Penentang Holocaust Kini Kritik Genosida Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)