Lembaga Turki tetap berada di garis terdepan dalam memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya, yang melarikan diri dari aksi penindasan Myanmar ke Cox’s Bazaar di bagian tenggara Bangladesh pada 25 Agustus 2017.
Badan Koordinasi dan Kerjasama Turki (TIKA), Bulan Sabit Merah Turki, Turkiye Diyanet Foundation, dan Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat (AFAD) telah memberikan kontribusi besar untuk membantu Rohingya yang teraniaya.
Bantuan itu termasuk menyediakan makanan sehari-hari, tempat penampungan, perawatan kesehatan dan pendidikan bagi hingga puluhan ribu orang.
Koordinator TIKA Bangladesh Ahmet Refik Cetinkaya mengatakan, lembaga itu telah memberikan bantuan kepada orang Rohingya sejak 7 September tahun lalu, dimulai dengan 60 ton bantuan makanan darurat.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Cetinkaya mengatakan, sekitar satu juta orang Rohingya tinggal di Bangladesh dengan 706.000 orang mencari perlindungan di Cox’s Bazaar saja sejak kekerasan Agustus 2017. Sekitar 300.000 penduduk setempat juga meminta bantuan setelah migrasi Rohingya, tambahnya.
Cetinkaya mengatakan distribusi makanan hangat “menjadi tulang punggung dari kegiatan bantuan kami.”
“Dalam setahun, kami menyediakan 10 juta makanan hangat,” ujarnya seperti dimuat Daily Sabah, Rabu (22/8).
Program Pangan Dunia juga mendistribusikan makanan untuk para pengungsi di daerah tersebut.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Selain TIKA, Bulan Sabit Merah Turki juga menyediakan makanan hangat bagi 41.030 keluarga pengungsi Rohingya di Cox’s Bazaar. Mereka juga memberikan paket bantuan pangan kepada 50.744 keluarga.
Secara terpisah, Turkiye Diyanet Foundation juga membagikan 15.000 paket bantuan makanan kepada pengungsi Rohingya di Cox’s Bazaar, menurut data yayasan yang dibagikan kepada Anadolu Agency.
Cetinkaya juga mengatakan TIKA menyediakan enam ambulans untuk rumah sakit, mendirikan taman bermain dan membagikan 10.000 selimut.
Dia mengatakan TIKA juga membangun jembatan baja sepanjang 100 meter di daerah itu yang akan membantu distribusi bantuan di kamp.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Turki mengatakan telah membangun 200 tempat penampungan, pusat komunitas, 63 kamar mandi, dua binatu, empat sistem tenaga surya, enam sistem distribusi air dan 48 tiang lampu. Tempat penampungan menyediakan akomodasi untuk 26.132 keluarga; hampir 5.000 keluarga juga diberi pakaian.
Lima sumur tabung juga dibangun untuk menyediakan air untuk sekitar 12.500 orang setiap hari.
Turkiye Diyanet Foundation mengatakan membangun 450 shelter bambu untuk pengungsi Rohingya di kamp Kutupalong di Cox’s Bazaar dan rencananya akan membangun 150 lebih banyak tempat perlindungan. Mereka juga membangun sembilan sumur, lima masjid, empat jembatan bambu dan 4.538 sistem pencahayaan matahari.
AFAD juga membangun 1.065 rumah bambu, 100 toilet, 100 unit mandi dan enam sumur untuk para pengungsi. Ia juga membangun rumah sakit lapangan dengan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan Turki, yang mulai beroperasi pada 25 Januari. Pada 20 Agustus, total 90.153 perawatan dilakukan di rumah sakit; 2.025 pasien menetapa sementara 522 operasi medis dilakukan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Cetinkaya mengatakan TIKA telah memulai proyek untuk membangun 100 sekolah semi permanen dengan UNICEF menggunakan beton dan bambu; sejauh ini, 30 telah selesai.
Diyanet Foundation juga memiliki pusat pendidikan dan pusat pendidikan kerajinan di dalam area kamp. Yayasan ini memberikan dukungan kepada siswa Rohingya yang belajar di berbagai negara.
Yayasan Diyanet juga menanggung semua biaya dari 110 siswa Rohingya yang belajar di berbagai departemen International Islamic University Chittagong di Bangladesh.
Selanjutnya, yayasan itu menanggung biaya 16 siswa Rohingya yang belajar di Universitas Islam Internasional Malaysia. Mereka juga mendukung 3.700 siswa Rohingya di 100 pusat pendidikan di kota Karachi, Pakistan, sementara 11 siswa Rohingya belajar di sekolah menengah di Turki di bawah program beasiswa yayasan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 24.000 Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar, menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA). (A/R11/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin