Oleh: Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Redaktur Senior MINA
Sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang satu ini dikenal dengan perawakannya yang tinggi, besar dan tegap. Ia disegani bukan hanya lantaran fisiknya, melainkan juga sikapnya yang teguh membela kebenaran dan pejuang di berbagai medan pertempuran. Dialah Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu ‘Anhu.
Nama lengkapnya Ubadah bin Ash-Shamit bin Qais bin Asram bin Fahr bin Qais bin Tsa`labah bin Ghannam bin Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin Al-Khazraj Al-Anshari Al-Khazraji.
Ibunya bernama Qurratul ‘Ain binti ‘Ubadah bin Nadhlah bin Malik bin Al-‘Ajlan Al-Anshariyyah dari Bani Auf bin Al-Khazraj. Saudara laki-laki Ubadah bernama Aus bin Ash-Shamit Al-Anshari, Tsabit bin Ash-Shamit Al-Khazraji, dan saudari perempuannya adalah Umamah binti Ash-Shamit Al-Anshariyyah. Mereka semua termasuk kaum Anshar yang berislam bersama dengan Ubadah.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Bai’at Aqabah
Ubadah atau disebut dengan Abu Al-Walid adalah salah satu wakil kaum Anshar pada peristiwa Bai’at Aqabah Pertama, dan Bai’at Aqabah Kedua. Oleh karena itu beliau termasuk Assabiqunal Awwalun (orang yang pertama masuk Islam) dari kalangan Anshar (dari Madinah).
Pada Bai’at Aqabah I tahun ke-12 kenabian (621 M) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menerima bai’at (sumpah setia) 12 orang penduduk Yatsrib (Madinah), yang kemudian memeluk Islam.
Selanjutnya pada tahun berikutnya, terjadi Bai’at ‘Aqabah II (622 M) yang diikuti 73 orang pria dan 2 orang wanita. Termasuk Ubadah ada di dalamnya.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Untuk mengabadikan dalam sejarah, maka dibangunlah Masjid Al-Bai’ah atau disebut juga sebagai Masjid Bani ‘Aqabah di Makkah, Arab Saudi, yang dibangun oleh Al-Mansur pada tahun 144 H di tempat terjadinya Bai’at ‘Aqabah Pertama dan Bai’at ‘Aqabah Kedua.
Masjid ini terletak di bawah Wadi Mina, 300 meter dari tempat Jumrah Aqabah, sebelah kanan dari jembatan jamarat.
Ahli Ilmu
Ada lima orang dari kalangan sahabat Anshar yang menjadi pengumpul Al-Quran pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka adalah Muadz Bin Jabal, Ubay bin Ka’b, Abu Ayyub Anshari, Abu Darda dan Ubadah bin Ash-Shamit
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Ubadah pun mendapatkan kepercayaan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengajarkan Al-Quran.
Ubadah bin Shamit juga dikenal ahli ilmu, di antaranya dengan meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sampai berjumlah 181 hadits. Berbagai riwayat hadits yang ia sampaikan kepada generasi sesudahnya (tabi’in) di antaranya Jabir bin Abdillah, Miqdaam bin Madi Karb dan lain-lain.
Karena kealimannya dan ketakwaannya itu, pada era Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu menunjuknya sebagai hakim di Palestina, dan itu adalah hakim pertama di sana di. Ia pun tinggal di Yerusalem.
Syaikh Abdul Shamad bin Saeed menyebutkan dalam “The History of Homs”, Ubadah bin Ash-Shamit adalah orang pertama yang ditunjuk sebagai hakim (Qadhi’) di Palestina. Ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu, usai pembebasan Baitul Maqdis.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Sebagai hakim ia dikenal sebagai profil yang tegas berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah, tinggi keilmuannya, serta ahli ibadah.
Pembebasan Mesir
Ubadah bin Ash-Shamit merupakan salah seorang panglima yang memimpin pasukan Muslim dalam Pembebasan Mesir pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Saat itu wilayah Mesir merupakan bagian dari kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Para panglima pasukan kaum Muslimin saat itu selain Ubadah bin Ash-Shamit di antaranya: Amr bin Ash, Zubair bin Awwam, Miqdad bin Aswad, Kharijah bin Khudzafah, Uqbah bin Nafi’, Abdullah bin Sa’ad, Busr bin Abi Artat dan Maslamah bin Mukhallad.
Kepahlawanan terbukti saat itu ketika panglima Amr bin Ash meminta Khalifah Umar bin Khattab menambah pasukan dan perbekalan untuk menyelesaikan pembebasan Mesir. Khalifah mengirim empat ribu orang, masing-masing dipimpin oleh seorang pemimpin yang bijaksana.
Khalifah Umar menggambarkan mereka dengan mengatakan, “Aku telah memberimu empat ribu orang, untuk setiap seribu pria, salah satunya adalah seribu pria.”
Itulah Ubadah bin Ash-Shamit yang disebut oleh Khalifah Umar sebagai sosok yang setara dengan kekuatan seribu pasukan Muslim. Allahu Akbar!
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Wasiat Akhir Hayat
Ubadah bin Shamit ketika sakit sebelum wafatnya, memberikan wasiat kepada anaknya, “Wahai Anakku! Takutlah kepada Allah dan ketahuilah bahwa engkau tidak bisa bertakwa kepada Allah Ta’ala selama engkau tidak beriman kepada Allah dengan keimanan yang sempurna, dan beriman kepada segala taqdir yang baik maupun yang buruk. Jika engkau mati di atas akidah lain selain ini maka akan masuk ke dalam api.”
Demikian juga saat sahabatnya, Junadah bin Abu Umayyah, ketika pergi menjenguk Ubadah yang sedang sakit. Ubadah mewasiatkan beberapa pesan Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam. Di antaranya adalah agar mempoerhatikan bai’at untuk mendengar dan taat baik dalam suka maupun duka, baik dalam kesempitan maupun kelapangan, dan meskipun pemimpin itu mementingkan dirinya sendiri.
Kemudian Ubadah melanjutkan pesannya kepada sahabatnya itu, “Demi Allah! Setiap hadits yang saya dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang di dalamnya ada kebaikan untukmu, saya telah menyampaikannya kepadamu, kecuali satu hadits yang hari ini akan saya beritahukan kepadamu ketika kematian tengah menjelang.”
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Saya (Ubadah) mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حُرِّمَ عَلَى النَّارِ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ مِثْلَهُ قَالَ حَرَّمَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَيْهِ النَّارَ
Artinya: “Barang siapa yang memberikan kesaksian bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, maka Allah Ta’ala akan mengharamkan neraka baginya.” (Musnad Ahmad bin Hanbal).
Ubadah wafat pada tahun 34 Hijriah (dalam usia 72 tahun) dan dimakamkan di pemakaman Bab al-Rahma, di sebelah timur Masjidil Aqsha, Yerusalem, Palestina.
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Itulah sahabat utama, Ubadah bin Shamit, sahabat Nabi yang senantiasa perpegang teguh kepada perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dikenal perjuangan dan keilmuannya serta keikhlasannya dalam amal ibadah. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi