Zamboanga – Para ulama Muslim berkumpul pada Sabtu (14/10), di kota yang berpenduduk mayoritas Kristen, Zamboanga, untuk pertemuan puncak (KTT) dua hari melawan kekerasan ekstremisme dan terorisme.
“Tujuan kita di sini adalah menyebarkan ajaran Islam yang benar. Kami memobilisasi ulama untuk melawan ancaman ekstremisme,” kata Gubernur Mujiv Hataman dari Daerah Otonom Muslim Mindanao (ARMM) seperti dilaporkan World Bulletin.
Ada kebutuhan akan strategi kontraterorisme untuk melawan ideologi ekstremis, Hataman menjelaskan kepada Ulama dari Provinsi Zamboanga, Basilan, Sulu, dan Tawi-Tawi di selatan Filipina saat sebuah konferensi pers.
“Itulah mengapa kita mengadakan pertemuan puncak ini karena ini sudah merupakan pertarungan narasi karena mereka (kelompok Abu Sayyaf dan Maute) memiliki narasi, maka narasi itu harus kita lawan,” ujarnya.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
KTT dua hari dibuka pada hari Jumat untuk menghasilkan protokol dalam melawan ancaman dari militan yang mendukung ekstrimisme religius yang terikat terorisme.
Kepala Pertahanan Delfin Lorenzana, Kepala Komando Mindanao Barat Angkatan Darat Letnan Jenderal Carlito Galvez Jr., dan Penasihat Perdamaian Presiden Jesus Dureza hadir dalam acara tersebut.
Para ulama peserta KTT menetapkan pedoman dan norma yang akan mencegah salah tafsir ajaran Islam oleh pemuda Muslim militan yang berusaha memengaruhi orang-orang menerapkan ajaran agama sesuai dengan kepentingan mereka.
Peserta KTT juga diminta untuk “menyusun rencana dan pendekatan tentang bagaimana menghadapi masalah kekerasan ekstremisme, mengembangkan ‘Risalatul Wasatan’ atau moderasi dalam mengajarkan tentang Islam.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Para ulama juga dituntut untuk bekerja keras menghapus kesalahpahaman tentang label negatif umat Islam pada umumnya, kata Hataman.
“Saya sangat yakin apa yang kita lakukan ini tepat,” kata Hataman, mengacu pada narasi Ulama. Dia menjelaskan KTT ini untuk melawan narasi yang diindoktrinasi ke dalam pikiran orang-orang oleh teroris di komunitas Muslim. ”
Satu-satunya perbedaan, Hataman mengatakan para ekstremis semakin agresif, dan “kami tidak, karena tidak ada solidaritas di antara sektor-sektor yang berbeda yang melawan terorisme.”
Sebenarnya, dia mengatakan aksi terorisme kelompok Abu Sayyaf dan Maute tidak akan terjadi jika “kita memiliki pendekatan nasional”, yang mendorong ulama kerap mendatangi madarasah dan masjid untuk mengajak orang-orang menaati perintah Tuhan.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
“Para teroris ini telah membajak agama Islam (Muslim) dan mempromosikan yang salah. Bagaimana jika narasi (kelompok Abu Sayyaf dan Maute) terus berlanjut? Ini sangat disesalkan sebagai Muslim. Saya khwatirkan masa depan ketika semua Muslim menjadi teroris.”
KTT Jumat dan Sabtu lalu itu merupakan cabang dari Konferensi Ulama yang diadakan di Cotabato City pada Mei lalu, yang diprakarsai oleh pemerintah daerah ARMM, Darul Ifta, dan Majlish-Shura. (T/R11/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain