Jakarta, Sabtu 13 Rabi’ul Akhir 1437/23 Januari 2016 (MINA) – Seorang Muslim dilarang mengkafirkan Muslim yang lain karena satu dosa, karena mungkin di lain waktu orang yang kita anggap telah kafir akan bertaubat menjadi muslim yang seharusnya.
Hal itu disampaikan oleh ulama asal Mesir, Ahmad Al-Misr dalam ceramahnya di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, Jumat (22/1) malam.
“Islam mengajarkan kita untuk mengajak orang memasuki masjid bukan membuat orang menjauhi masjid, jika seseorang merasa dirinya telah memegang kunci surga, sebenarnya dia telah membuka pintu neraka,” kata ulama muda yang fasih berbahasa Indonesia itu.
Dia memaparkan, Rasulullah menyampaikan risalahnya untuk mengajak manusia kenal kepada Allah, sedangkan apa yang dilakukan kebanyakan Muslim akhir-akhir ini seolah menjauhkan Muslim yang lain dengan mengkafirkan mereka, hanya karena perbedaan kecil, seperti perbedaan fikih khilafiah.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
Salah satu tanda akhir zaman, lanjut dia, kaum diktator membunuhi orang Muslim, bahkan umat Muslim sendiri saling membunuh karena berbeda pendapat.
“Padahal dahulu banyak sahabat berselisih pendapat, misalnya Abu Bakar berbeda dengan Umar, atau Umar berbeda pendapat dengan Usman, tapi hal itu tidak membuat mereka saling membunuh, justru sebaliknya, dengan perbedaan mereka saling mencintai dan menghormati,” kata Al-Misr. “Bahkan Imam Mazhab pun berbeda-beda.”
Al-Misr mengutip Al-Quran Surah Ali-Imran ayat 110 yang terjemahannya berbunyi, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Al-Misr menegaskan, jika seseorang yang mengaku Islam tidak peduli kepada umat Islam yang lain, maka dia bukan Islam.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
“Karena umat Islam ibarat satu tubuh, jika sebagian tubuh merasakan sakit maka sebagian yang lain akan merasakannya juga, tidak perlu mempermasalahkan perbedaan-perbedaan kecil di antara kita, karuna sebenarnya perbedaan itu adalah rahmat, justru seharusnya kita lebih melihat persamaan kita sebagai sesama Muslim agar lebih terjalin ukhuwah islamiah (persaudaraan Islam) yang baik,” tambahnya. (L/Rzk/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat