ULAMA : TAAT PADA IMAAM, BUKTI PERAN TERHADAP ISLAM

Ulama, Ustadz Umar Rasyid  saat memberikan tausiyahnya dihadapan ratusan jama'ah tabligh Akbar yang diadakan Jama'ah Muslimin (Hizbullah) WIlayah Lampung di Masjid Taqwa  Ponpes Al-Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (13/9). Photo : Hadis/MINA
Ulama, Ustadz Umar Rasyid saat memberikan tausiyahnya dihadapan ratusan jama’ah tabligh Akbar yang diadakan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) WIlayah Lampung di Masjid Taqwa Ponpes Al-Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (13/9). Photo : Hadis/MINA

Lampung Selatan, 1 Dzulhijjah 1436/14 September 2015 (MINA) – Ulama Indonesia, Umar Rasyid, mengatakan ketaatan kepada atau pemimpin merupakan bukti kontribusi kita terhadap .

Hal ini disampaikan Ustad Umar dihadapan ratusan jama’ah Tabligh Akbar yang digagas Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung di Masjid Taqwa Komplek Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan, Ahad, (13/9).

“Hendaknya setiap umat Islam bertanya kepada diri, kontribusi apa yang sudah diberikannya untuk Jama’ah ini. Nah, salah satu bukti kontribusi kita adalah ketaatan kepada Imaam,” ujarnya.

Menurutnya, ketaatan kepada pemimpin sebatas ketaatan kepada yang benar, tidak pada ketaatan kepada yang batil.

Rasulullah Shallallahu ‘Aalaihi Wasallam memerintahkan umatnya untuk pada pemimpin (amir) bila amir memerintahkan kepada yang hak atau yang makruf.

Dia juga mengingatkan umat Islam yang tidak menaati arahan pemimpin, maka pemimpin akan berlepas diri dihadapan Allah kelak.

“Lalu bila kita belum memiliki kontribusi apa-apa dalam ini, ya berfikir. Toh di akhirat kita akan sendiri-sendiri. Di akhirat kita tidak bisa mengandalkan imam, karena Imaam bisa lari dari kita bila kita tidak taat,” ujarnya.

“Mari berfikir, kontribusi apa yang bisa kita berikan, jadi gurukah, shadaqohkah, atau membantu pembangunan masjid, jangan sampai kita memberatkan Imaam di akhirat kelak sebab ketidaktaatan kita kepadanya,” tambahnya.

Dia juga mengajak umat Islam untuk banyak membaca sehingga meningkatkan ilmu pengetahuan dan tidak menjadi bodoh.

“Kalau malas membaca, apa jadinya jika orang-orang bodoh berhimpun dalam satu jama’ah, ini salah satu kelemahan kita, kita malas membaca, padahal ulama tafsir telah menulis (makna ketaatan-red)nya semua, namun kita malas membaca, sehingga timbul ketidaktaatan,” tegasnya lagi.

Dia menutup tausiyahnya dengan kalimat, Jama’ah merupakan wadah kesatuan umat untuk menjadi sebaik-baik manusia, dengan berjama’ah dan taat kepada Imaam akan menjadikan kita sebaik-baik manusia.

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) merupakan wadah kesatuan umat Islam yang pernah diamalkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyyin, ditetapi kembali pada Idul Adha 10 Dzulhijjah 1372 Hijriyyah bertepatan dengan 20 Agustus 1953 Masehi setelah umat Islam mengalami kekosongan kepemimpinan sejak Khilafah Turki Utsmani diruntuhkan oleh Zionis pada tahun 1924.

Mengajak umat Islam untuk bersatu-padu dalam satu shaf kaum muslimin secara terpimpin dalam wujud Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah (Khilafah yang mengikuti jejak kenabian) dengan Imaamnya saat ini yakni KH. Yakhsyallah Mansur, MA, berpusat di Cileungsi Bogor, Indonesia. (L/eth/sfh/K08/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0