Uni Eropa Tabayyun Tentang Perkembangan Islam di Indonesia Akhir-Akhir Ini

Setidaknya 23 duta besar perwakilan negara di Indonesia melakukan kunjungan ke kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta pada Selasa (14/2). (Foto: Rina/MINA)

 

Jakarta, 17 Jumadil Awwal 1438/14 Februari 2017 (MINA) – Setidaknya 23 duta besar perwakilan negara Uni Eropa di Indonesia melakukan kunjungan ke Muhammadiyah untuk mempertanyakan perkembangan nasional Indonesia yang tengah hangat menjelang pilkada akhir-akhir ini.

Selama ini, menurut Muhammadiyah, negara-negara Uni Eropa berasumsi apa yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini adalah bentuk perlawanan dari grup Islam radikal yang membahayakan negara.

“Dalam sebagian opini yang berkembang (di dunia internasonal), di Indonesia kini sedang muncul fenomena Islam garis keras, kita sampaikan itu asumsi yang keliru,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada wartawan usai pertemuan berlangsung di kantor Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (14/2).

Dalam pertemuan yang berlangsung mulai pukul 2-4 siang itu, Haedar menjelaskan kondisi sebenarnya yang terjadi di Indonesia kepada para tamu perwakilan asing.

Haedar juga menjelaskan kepada para tamu delegasi, jikalau yang terjadi di Indonesia adalah ulah grup radikal, maka pasti sudah terjadi anarkis sejak awal demonstrasi.

“Tapi nyatanya kan aman-aman saja, kecuali ada peristiwa diujung yang juga aneh kejadiannya,” katanya.

Haedar menjawab, peristiwa yang menjadi perbincangan dunia internasional mulai dari aksi 411, 212 bahkan 112 bukanlah dilakukan oleh satu pihak saja seperti FPI yang dituduhkan pihak asing sebagai golongan garis keras, melainkan semua elemen masyarakat Islam yang merasa keyakinannya terganggu.

Haedar juga menjelaskan, peran Muslim di Indonesia untuk menjaga perdamaian sangat besar. Ormas seperti Muhammadiyah, NU dan Majelis Ulama Indonesia terus menjalin komunikasi dengan pemerintah untuk menjaga ketentraman dan keberagaman.

Tapi dirinya tidak memungkiri umat Islam sedang tidak tenang karena merasa keyakinannya diganggu. Kalau dibiarkan dirinya khawatir protes akan terus berlanjut dan bisa terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Soal keyakinan itu soal paling dalam, dan tidak berhubungan dengan rasionalitas,” tambahnya.

Disamping membahas isu internasional Indonesia, para tamu rombongan yang dibawa oleh , juga membahas berbagai isu internasional bahkan rencana kerjasama dengan ormas tertua di Indonesia itu.

“Ini pertemuan penting, karena kami memantau saat ini menjelang pilkada, warga Indonesia bukan hanya yang tinggal di Jakarta sangat memperhatikan isu yang tengah terjadi mulai dari ekonomi, sosial bahkan sisi agama terkait permasalahan ini,” katanya kepada media usai pertemuan berlangsung. (L/RE1/RI-1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)