Brussels, 6 Syawwal 1438/30 Juni 2017 (MINA) – Mundurnya keberadaan kelompok Islamic State (ISIS) di Suriah dan Irak membuat wanita dan anak remajanya yang kembali ke negara asal, terutama negara Eropa, berisiko menimbulkan ancaman teror.
Pandangan itu disampaikan oleh Michele Coninsx, presiden lembaga peradilan UE Eurojust kepada Parlemen Eropa pada hari Kamis (29/6). Demikian Arab News memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Wanita dan anak-anak yang terlibat dengan kelompok ISIS semakin banyak yang kembali ke negara asalnya. Kepulangan itu menjadi “tren” seiring kekalahan yang terus diderita ISIS di Raqqa, Suriah dan Mosul, Irak.
Menurut Coninsx, negara-negara Eropa harus menemukan metode khusus untuk mengatasi kepulangan mereka.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Kami melihat bahwa wanita dan anak kecil kembali ke Eropa dan mereka memerlukan perhatian khusus,” kata Coninsx.
“Bukan karena Anda anak kecil atau karena Anda perempuan yang tidak berbahaya. Jika Anda memiliki maksud teroris, dan kapasitasnya, atau jika Anda memiliki keduanya pada saat bersamaan, Anda merupakan bahaya,” tambahnya.
Menurutnya, anak-anak di bawah umur yang kembali dari Timur Tengah adalah korban yang harus ditangani dengan sangat baik.
Terdata bahwa setidaknya 5.000 warga negara Eropa diyakini telah melakukan perjalanan ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan ISIS dan kelompok bersenjata lainnya. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)