Beirut, MINA – Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) mencatat lebih dari 8.000 pelanggaran yang dilakukan oleh Israel di utara Garis Biru sejak perjanjian gencatan senjata diberlakukan pada November 2024.
Dalam pernyataan, Selasa (14/10), UNIFIL menyebut pelanggaran tersebut mencakup lebih dari 2.200 serangan militer dan 6.200 pelanggaran wilayah udara oleh pasukan Israel di Lebanon selatan.
UNIFIL menegaskan, pihaknya terus memantau dan melaporkan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 kepada Dewan Keamanan.
Pelanggaran yang dilakukan meliputi kehadiran dan operasi militer Israel di dalam wilayah Lebanon, pelanggaran lintas batas secara rutin, serta ditemukannya senjata ilegal.
Baca Juga: Malaysia Beri Dukungan Bersyarat, PM Anwar Absen KTT Gaza Mesir
Sejak gencatan senjata diberlakukan, Israel juga melakukan serangan udara berulang kali di berbagai wilayah Lebanon dengan dalih mencegah kelompok Hizbullah membangun kembali kekuatannya di selatan Sungai Litani. Serangan tersebut menewaskan dan melukai ratusan warga sipil Lebanon, serta menyebabkan sejumlah anggota pasukan penjaga perdamaian PBB terluka.
Pasukan Israel masih menduduki sejumlah perbukitan strategis di Lebanon selatan. Pemerintah Tel Aviv menyatakan bahwa mereka tidak akan menarik pasukan sebelum tentara Lebanon mengambil alih sepenuhnya wilayah di selatan Sungai Litani.
Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali meningkat sejak Oktober 2023 setelah pecahnya perang di Gaza. Bentrokan lintas batas kemudian berkembang menjadi serangan besar-besaran Israel pada September 2024 yang menewaskan lebih dari 4.000 warga Lebanon dan melukai lebih dari 17.000 orang.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Sebut Satu Nama yang Bisa Bantu Akhiri Perang Rusia-Ukraina