Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswanya Jika Duduki Gedung Akademik

Ilustrasi: Aksi demo mahasiswa Universitas Columbia di New York, menentang perang Israel di Gaza, 25 Oktober 2023. (Foto: Erick Berlanga / Columbia Daily Spectator)

New York, MINA – Universitas Columbia New York, AS, mengancam akan mengeluarkan mahasiswanya yang menduduki gedung akademik Hamilton Hall.

Pihak kampus menganggap para demonstran antiperang “telah memilih untuk melakukan eskalasi ke situasi yang tidak dapat dipertahankan.”

“Mahasiswa yang menempati gedung tersebut akan dikeluarkan,” kata juru bicara kampus Ben Chang dalam pernyataan yang dikirim melalui e-mail, Selasa (30/4), Anadolu Agency melaporkan.

Para pengunjuk rasa telah menyatakan, mereka tidak akan meninggalkan fasilitas tersebut, yang mereka beri nama “Hind’s Hall” untuk mengenang Hind Rajab Palestina berusia 6 tahun yang dibunuh secara brutal di Gaza, kecuali tuntutan mereka dipenuhi.

Mereka berupaya agar Universitas Columbia melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan Israel dan mengutuk serangan gencar Tel Aviv terhadap Jalur Gaza.

Baca Juga:  Sekjen ISMES: Presiden Iran Wafat, Bela Palestina Terus Berlanjut

Presiden Universitas Columbia Minouche Shafik menegaskan, sekolahnya tidak akan melakukan divestasi, sebuah tuntutan utama dari para mahasiswa yang memprotes serangan Israel.

Banyak gedung di kampus dikunci pada hari Selasa tanpa penyelesaian nyata atas kebuntuan yang terlihat.

Para pengunjuk rasa mengatakan pada Selasa pagi bahwa Israel terus menjanjikan invasi darat ke Rafah, di mana 1,5 juta warga Palestina yang mengungsi mencari perlindungan, “kini lebih mendesak dari sebelumnya untuk melawan kontribusi Columbia terhadap pembunuhan, pencacatan, dan kelaparan yang terus terjadi terhadap jutaan warga Palestina.”

“Kami tidak bisa berdiam diri karena biaya kuliah dan tenaga kerja kami mendukung pembunuhan massal. Selama dua pekan terakhir para pelajar telah membahayakan keselamatan, rumah, pendidikan, dan karier mereka, mengetahui tidak ada universitas yang tersisa di Gaza karena bom yang didanai AS,” kata Mahasiswa Columbia untuk Keadilan di Palestina dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:  Lebih dari 800 Ribu Warga Rafah Mengungsi dalam Kondisi Sulit

Sementara itu, pengunjuk rasa yang tidak berpindah dari lokasi perkemahan hingga batas waktu Senin sore yang ditetapkan oleh universitas akan diskors dan “akan dibatasi dari semua ruang akademik dan rekreasi, dan hanya dapat mengakses tempat tinggal masing-masing,” kata Chang.

“Kemarin kami telah menegaskan dengan sangat jelas bahwa pekerjaan Universitas tidak dapat terus-menerus diganggu oleh pengunjuk rasa yang melanggar peraturan. Jika terus melakukan hal ini, akan ada konsekuensi yang jelas,” tegas Chang.

Keputusan Presiden Universitas untuk meminta polisi membubarkan paksa perkemahan awal dan menangkap para demonstran yang melakukan aksi duduk pada tanggal 18 April, menjadi pemicu gerakan protes yang lebih luas.

Baca Juga:  Fadli Zon Kecam Israel Hancurkan Akses Air Bersih di Gaza

Hal ini semakin menguatkan para demonstran, dan perkemahan pun menyebar ke universitas-universitas di seluruh negeri, meskipun ada penangkapan dan ancaman dari administrator universitas.

Ratusan mahasiswa sejak itu ditangkap di kampus-kampus dengan protes menuntut universitas-universitas divestasi dari Israel dan mengutuk serangan gencar mereka di Jalur Gaza yang diblokade.

Israel telah menargetkan tempat-tempat pendidikan tinggi di Gaza, dengan 12 universitas besar dihancurkan. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, atau UNRWA, secara terpisah melaporkan adanya kerusakan massal di jaringan sekolah yang luas yang mereka operasikan di daerah kantong pesisir tersebut.​​​​​​​​​​ []

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Rendi Setiawan