Gaza, MINA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) hari Sabtu (10/2) mengatakan serangan militer di Rafah, Jalur Gaza selatan “di tengah-tengah orang-orang yang rentan dan terekspos adalah malapetaka”, Anadolu Agency melaporkan.
“Di Rafah, Gaza selatan, ada 1,4 juta orang, dalam jarak puluhan kilometer, tinggal di jalanan di tempat penampungan sementara yang terbuat dari plastik,” kata Phillippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA, melalui X. “Saya hampir tidak bisa berkata-kata,” tambahnya.
Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Israel mengatakan agresi militer di Rafah akan dimulai setelah selesainya “evakuasi luas” warga sipil dari kota dan pinggirannya.
Berdasarkan hal ini, kantor media pemerintah Gaza memperingatkan akan terjadinya “bencana dan pembantaian global” jika terjadi invasi Israel ke provinsi Rafah.
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
Rafah berfungsi sebagai tempat perlindungan terakhir bagi para pengungsi di wilayah yang hancur, menampung lebih dari 1,4 juta warga Palestina, termasuk 1,3 juta pengungsi dari provinsi lain, menurut kantor media pemerintah di Gaza.
Sejak dimulainya agresi darat yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza pada 27 Oktober, warga telah didesak untuk pindah dari wilayah utara dan tengah ke selatan, dengan dalih wilayah tersebut merupakan zona aman. Namun wilayah tersebut juga tidak luput dari pengeboman baik rumah, mobil dan rumah sakit.
Menyusul kekejaman yang dilakukan di wilayah tersebut, Israel menghadapi tuduhan “genosida” di Mahkamah Internasional untuk pertama kalinya dalam sejarah, mendapat persetujuan regional dan internasional untuk mengakhiri impunitas Israel dan juga menghadapi tentangan dari Amerika Serikat. (T/R7/P2)
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)