Beirut, MINA – Parlemen Lebanon yang terpecah gagal memilih presiden baru pada Kamis (8/12) untuk kesembilan kalinya, meskipun kebuntuan politik merusak upaya untuk menyelamatkan ekonomi negara yang bangkrut.
Legislator akan bertemu lagi Kamis depan untuk mencoba bersaing kembali, sesuai dengan pernyataan di Nation News Agency (NNA).
Parlemen terpecah antara pendukung gerakan Hizbullah yang mendukung Iran dan lawan-lawannya, tak satu pun dari mereka memiliki mayoritas yang jelas.
“Mengadakan sesi setiap pekan tidak akan mengubah apa pun,” kata Anggota Parlemen Alain Aoun, dari Gerakan Patriotik Merdeka (FPM) pimpinan mantan presiden Michel Aoun.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Lawan Hizbullah Michel Moawad, yang dipandang dekat dengan Amerika Serikat, memenangkan dukungan dari 39 anggota parlemen, tetapi jauh dari mayoritas yang dibutuhkan.
Hanya 105 dari 128 anggota parlemen yang muncul untuk mengumpulkan suara dan banyak dari mereka merusak surat suaranya.
Sementara itu, pemerintah sementara negara itu memiliki kekuasaan yang terbatas. Itu tidak dapat melaksanakan reformasi besar-besaran yang diminta oleh pemberi pinjaman internasional untuk mencairkan pinjaman dana miliaran dolar dana talangan.
Parlemen akan mengadakan upaya ke-10 untuk memilih presiden pada 15 Desember. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata