Di dalam shalat kita selalu membaca Al-Fatihah, yang di antaranya kita memohon kepada Allah agar senantiasa ditunjukkan jalan yang lurus.
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)
Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS Al-Fatihah [1] : 6-7).
Baca Juga: Pelanggaran Zionis terhadap Konvensi Jenewa
Jalan yang lurus, jalan yang penuh nikmat yaitu jalan yang pernah ditempuh oleh para nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Sebagaimana firman-Nya :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69)
Artinya : “Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisa [4] : 69)
Karena itu, mempelajari Sejarah Kenabian (Sirah Nabawiyah), berarti kita sedang belajar kembali meniti jalan penuh nikmat yang dahului pernah ditempuh oleh para nabi dan rasul utusan Allah.
Baca Juga: Masjidil Aqsa, Lambang Kehormatan Umat Islam yang Terluka
Sirah Nabawiyah yang terdapat pada kisah-kisah para Nabi dan kaumnya terdapat di dalam Al-Quran, sebagai pelajaran terbaik bagi manusia. Allah menyatakan :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْءَانَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3)
Artinya : “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS Yusuf [12] : 3).
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
Baca Juga: Zionis Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata Genosida, Dunia Tak Berdaya
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab [33] : 21).
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (45) وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا (46) وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا (47)
Artinya : “Hai Nabi ! Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa Sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (QS Al-Ahzab [33] : 45-47).
Karena itu, melalui Kajian Sirah Nabawaiyah, kita bisa mengikuti jalan orang-orang yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka dengan cara menelusuri sejarah kehidupan mereka dan mengkajinya. Dan kita pun bisa menghindari jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan telah berbuat dzalim akibat mengingkari nabi-Nya.
Baca Juga: Pesan Surah As-Syuraa: Persatuan Bukti Keimanan, Perpecahan Bukti Kemusyrikan
Di antaranya tercantum di dalam beberapa ayat :
وَلَقَدْ أَخَذْنَا ءَالَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (130(
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir`aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS Al-A’raf [7] : 130).
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ ءَايَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92(
Baca Juga: Bacalah: Perintah Ilahi yang Mengubah Dunia
Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”. (QS Yunus [10] : 92).
وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ أَغْرَقْنَاهُمْ وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ ءَايَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا (37(
Artinya : “Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih”. (QS Al-Furqan [25] : 37).
Tentang mempelajari sejarah kenabian agar dapat tumbuh kecintaan kepada Nabi, diungkapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya :
Baca Juga: Tiga Godaan Lelaki: Ujian Harta, Fitnah Wanita, dan Ambisi Takhta
أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَأَهْلِ بَيْتِهِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ
Artiya : ”Didiklah anak-anak kalian dengan tiga hal; mencintai nabimu dan mencintai keluarganya, serta dengan membaca Al-Quran (HR Ad-Dailami).
Sirah Nabawiyah merupakan seri perjalanan hidup manusia pilihan yang menjadi parameter hakiki dalam membangun potensi umat. Sehingga, mempelajarinya bukan sekadar untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa itu. Melainkan, mengkajinya untuk menarik pelajaran dan menemukan rumusan kesuksesan generasi masa lalu untuk diulang di kehidupan ini.
Melalui pemahaman sirah nabawiyah yang tepat, setiap muslim akan mendapatkan gambaran yang utuh dan paripurna tentang hakikat syariat Allah dan terbangun semangatnya untuk merealisasikan nilai-nilai yang didapat dalam kehidupannya saat ini. Apalagi sasaran utama dari kajian sirah adalah mengembalikan semangat juang untuk merebut kembali kejayaan yang pernah dimiliki umat Islam. Amin. * (T.R1/R2).
Baca Juga: Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban Sesuai Syariat, Ini Panduan Lengkapnya
Wallahu a’lam bish shawwab.