Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Urgensi Penyajian Berita Faktual dan Positif Berdasarkan Al-Qur’an, Hadis, dan Pandangan Ulama

Widi Kusnadi Editor : Bahron Ans. - 16 detik yang lalu

16 detik yang lalu

0 Views

Al Quran dan hadist adalah panduan setiap muslim (foto: ig)

Di era perkembangan teknologi digital seperti saat ini, arus informasi mengalir begitu cepat. Setiap individu bisa dengan mudah mengakses berita melalui berbagai platform media, baik di media mainstream, juga di media sosial. Maka Konten Berita yang Faktual dan Positif menjadi begitu penting.

Namun, tak sedikit dari konten berita yang beredar itu mengandung unsur-unsur negatif, provokatif, atau bahkan hoaks yang merugikan banyak pihak. Masyarakat sering kali termakan isu-isu yang telah beredar dan viral, meski belum jelas kebenarannya. Berita yang Faktual dan Positif menjadi hal yang urgen di masyarakat.

Maka, konten berita yang faktual dan positif menjadi sangat diperlukan masyarakat. Fungsi berita bukan hanya memberikan informasi yang benar, tetapi juga hendaknya mampu membangun semangat dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.

Pentingnya berita dan informasi yang faktual dan positif sudah ditegaskan dalam syariat Islam.  Al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam, serta nasihat para ulama mengingatkan kepada umat untuk selektif, cek and ricak (tabayun) dan berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan berita.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-27] Kebajikan dan Dosa

Berita yang faktual dan positif akan menuntun masyarakat kepada kebaikan dan kedamaian, sebaliknya berita yang profokatif dan hoaks hanya akan membuat masyarakat resah, gelisah dan mengarah kepada kekacauan, hingga perbuatan anarkis.

Tuntunan Al-Qur’an tentang Penyebaran Berita

Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan perintah yang jelas tentang bagaimana seorang Muslim harus bersikap ketika menerima berita. Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ (الحجرات : ٦)

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).

Baca Juga: Saksi di Hadapan Allah: Bukti Pembelaan Muslim untuk Palestina dan Masjid Al-Aqsa

Ayat ini menegaskan kewajiban tabayyun atau memastikan kebenaran berita sebelum menyebarkannya. Berita yang salah atau negatif dapat menimbulkan kerusakan, permusuhan, bahkan fitnah di tengah masyarakat.

Maka, memproduksi dan menyebarkan berita yang positif, benar, dan bermanfaat merupakan bagian dari sikap amanah terhadap ilmu dan informasi.

Hadits Nabi tentang Pentingnya Ucapan yang Baik

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

Baca Juga: Ketika Syahwat Makan Menguji Para Penghafal Al-Qur’an

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيْءِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُمَا)

“Seorang Mukmin yang sempurna imannya bukanlah seorang pencaci, pelaknat, bukan pula orang yang berkata keji dan kotor,” (HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan lain-lain).

Bahkan dalam hadits lain, Baginda Rasulullah saw dengan tegas bersabda:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain karena takut akan perkataan keji dan kotornya,” (HR Al-Bukhari).

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa menyebarkan kebaikan, termasuk dalam bentuk berita atau informasi, merupakan cerminan dari keimanan seorang Muslim.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-26] Setiap Kebaikan adalah Sedekah

Sebaliknya, menyebarkan informasi negatif, fitnah, atau berita yang mengandung kebohongan dapat mengundang murka Allah dan merusak hubungan antar sesama manusia.

Konten Berita Positif sebagai Sarana Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Para ulama menjelaskan bahwa menyebarkan konten yang positif termasuk bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, yakni mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Imam Al-Ghazali Rahimahullah dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menekankan bahwa lisan dan tulisan adalah dua sarana yang paling berpengaruh dalam membangun peradaban. Berita yang positif akan memberikan inspirasi, membangun optimisme, dan memperkuat nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Sebaliknya, konten yang berisi keburukan dapat menanamkan kebencian, rasa takut, dan perpecahan. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memilih untuk menyebarkan informasi yang membangun, memberikan solusi, serta menyebarkan kedamaian.

Dampak Konten Positif terhadap Masyarakat

Konten berita yang positif memiliki dampak yang luar biasa bagi perkembangan sosial dan spiritual masyarakat. Beberapa dampak tersebut antara lain:

Menumbuhkan Optimisme: Berita positif mendorong semangat dan harapan di tengah tantangan kehidupan. Masyarakat akan menjadi tenang, hidup dalam kedamaian salah satunya disebabkan karena bertia-berita yang positif dan konstruktif.

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

Mengurangi Konflik Sosial: Informasi yang benar dan damai membantu mencegah kesalahpahaman dan perpecahan. Berita itu hendaknya seperti air yang memadamkan api, bukan seperti bensin yang menyulut nyala api semakin membara.

Menginspirasi Kebaikan: Kisah-kisah tentang amal baik, prestasi dan solusi akan mendorong lebih banyak orang berbuat kebaikan. Inspirasi kebaikan tidak hanya memberi manfaat untuk hari ini saja, tetapi juga bagi masa depan, bahkan untuk peradaban manusia yang mulia.

Memperkuat Ukhuwah Islamiyah: Berita yang positif membantu mempererat persaudaraan dan persatuan umat. Dengan barita yang faktual dan positif, sinergi akan terbangun, kerja sama akan terjalin dan kehidupan masyarakat akan senantiasa dalam keharmonisan.

Maka, membuat berita yang faktual dan positif, serta penyebarannya memiliki tanggung jawab moral dan spiritual. Al-Qur’an dan hadits Nabi menekankan pentingnya tabayyun, berkata baik, dan menjauhi kebohongan. Para ulama pun telah memberikan bimbingan untuk menyebarkan kebaikan demi membangun peradaban yang harmonis dan beradab.

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

Oleh karena itu, menyebarkan konten berita yang positif adalah bagian dari ibadah, amar ma’ruf nahi munkar, dan upaya memuliakan sesama manusia. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi penyebar informasi, tetapi juga penyebar cahaya kebaikan.  []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Rekomendasi untuk Anda