Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

HAMAS: BERUNDING DENGAN ISRAEL SAMA SAJA BUNUH DIRI

Admin - Kamis, 25 Juli 2013 - 15:24 WIB

Kamis, 25 Juli 2013 - 15:24 WIB

519 Views ㅤ

Beirut, 17 Ramadhan 1434/25 Juli 2013 (MINA) – Seorang pemimpin gerakan Hamas, Usamah Hamdan menganggap keputusan Otoritas Palestina (PA) untuk melanjutkan perundingan damai dengan Israel sebagai bunuh diri politik dengan mengorbankan hak-hak rakyat Palestina.

“Pengalaman Mahmud Abbas (Presiden PA) dengan semua perundingan itu telah mengorbankan perjuangan dan hak-hak rakyat Palestina secara tetap,” kata Usamah Hamdan, Kepala Biro Hamas untuk wilayah Lebanon dan Suriah.

Dia menegaskan, perundingan damai yang berlangsung di Washington, AS tersebut bukan hanya kebodohan politik, tetapi juga bunuh diri politik.

Baca Juga: Israel kembali Serang RS Kamal Adwan, Sejumlah Fasilitas Hancur

“Bagaimana dengan sedikit sekali hasil yang diperoleh rakyat Palestina dari puluhan tahun perundingan damai yang dilakukan sebelumnya? Bagaimana perundingan dapat melindungi rakyat Palestina dari agresi Israel? Bagaimana perundingan dapat  melindungi tempat-tempat suci di Palestina?” tegas Hamdan.

Hal itu diperkuat dengan pernyataan faksi Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) yang juga menyebut perundingan damai dengan Israel sebagai “bunuh diri politik”.

Beberapa faksi dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) juga mengkritik keputusan PA untuk pergi ke Washington.

Mengenai rekonsiliasi nasional, Hamdan menegaskan bahwa Hamas telah membuat banyak konsesi besar untuk mencapai rekonsiliasi, namun pihak kedua tidak menghadirkan komitmen untuk pembicaraan dan kesepakatan rekonsiliasi antar faksi Palestina.

Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024  

Tolak Perundingan, Capai Rekonsiliasi

Sementara itu, Hossam Badran, pemimpin dalam gerakan Islam di Palestina, menekankan penolakan rakyat Palestina pada prinsip perundingan damai sebagai “jalan kompromi dan konsesi.”

“Jalan kompromi dan konsesi melalui perundingan damai dengan Israel telah dimulai sejak perjanjian Oslo (1993) dan hingga saat ini tidak ada keuntungan bagi rakyat Palestina dari segala perundingan itu,” kata Badran seperti dilaporkan media Gaza, AlQassam yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Kamis (25/7).

Badran juga mengatakan, mempertahankan tokoh Palestina yang sama dalam memimpin perundingan meskipun kegagalan terjadi pada mereka sebelumnya telah membuktikan ketidak seimbangan pada PA.

Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel

Badran memperbaharui gerakan penolakan terhadap dimulainya kembali perundingan damai khususnya dengan pemerintah ekstremis Israel.

Dalam konteks yang sama, mantan menteri urusan tahanan Palestina, Wasfi Qabaha menyatakan bahwa keputusan PA untuk melanjutkan perundingan damai itu di bawah mediasi Menlu AS, John Kerry bisa menggagalkan upaya rekonsiliasi.

Menlu AS, John Kerry mengumumkan di Yordania, Jumat lalu (19/7), bahwa ia telah membentuk dasar untuk perundingan damai baru. Ia mengatakan perunding damai Palestina dan Israel akan bertemu di Washington pekan ini untuk membuka jalan bagi dimulainya kembali perundingan langsung yang sebelumnya terhenti pada 2010 karena masalah permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat dan Al-Quds Timur.

Dia meminta PA dan gerakan Fatah untuk memberikan suasana yang tepat guna mencapai rekonsiliasi yang menerjemahkan aspirasi rakyat Palestina. (T/P02/P01).

Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda