Yangon, MINA – Uskup Agung Yangon Kardinal Charles Maung Bo mendesak Paus Francis untuk menghindari kata “Rohingya”, karena istilah tersebut tidak diakui oleh pemimpin negara Aung San Suu Kyi, jenderal militer dan rakyat.
Namun, kelompok hak asasi manusia menganggap Francis harus menggunakan istilah tersebut untuk “menunjukkan solidaritas terhadap sebuah kelompok yang ditolak kewarganegaraannya oleh Myanmar”.
Aktivis HAM juga menyebutkan, Myanmar secara sistematis melepaskan hak-hak dasar, termasuk kebebasan untuk pindah, bekerja dan menikah warga Rohingya,” lapor Los Angeles Times yang dirilis Dhaka Tribune.
Paus Francis sedang berkunjung ke Myanmar, dan akan menyampaikan pidatonya untuk publik, serta mengadakan pembicaraan dengan Suu Kyi dan komandan militer, Jenderal Min Aung Hlaing.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Sebelumnya, Paus Francis mengatakan dalam sebuah pesan video bahwa dia ingin mengunjungi Myanmar “dengan semangat penghormatan dan dorongan untuk setiap usaha membangun hubungan harmoni dan kerjasama dalam pelayanan kebaikan bersama.”
Pada Agustus lalu, Paus berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para peziarah di Lapangan Santo Petrus Vatikan, dan meminta mereka untuk mendoakan keamanan kelompok minoritas Rohingya tersebut.
Phil Robertson, Wakil Direktur Divisi Human Rights Watch di Asia, mengatakan bahwa Paus harus menggunakan kata “Rohingya” di depan umum karena orang-orang memiliki “sangat sedikit yang tertinggal selain identitas mereka.”
Robertson juga mengatakan, “identifikasi diri itu sangat penting.”
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Para pemimpin Katolik Myanmar mengatakan, mereka berharap Paus akan menyoroti “kemajuan negara tersebut dan menyampaikan rekonsiliasi dengan sejumlah etnis minoritas di Myanmar, tidak hanya Rohingya.
Paus Francis telah terang-terangan berbicara tentang isu-isu HAM, dan memenangkan hati orang-orang dari semua agama.
Krisis di Myanmar meningkat dalam beberapa bulan terakhir dan menyebabkan lebih dari 620.000 orang Rohingya mengungsi karena operasi militer Myanmar yang kejam.
Dunia berharap untuk melihat apa yang dilakukan dalam kunjungan Paus ke Myanmar dan Bangladesh.
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai
Banyak penasihat Paus yang menyuarakan keprihatinan mereka atas penggunaan kata “Rohingya”. Jangan sampai menimbulkan insiden diplomatik yang bisa mengubah Myanmar melawan minoritas lainnya, termasuk orang-orang Kristen.
Paus dijadwalkan berada di Myanmar tanggal 27 sampai 30 November, dan di Bangladesh mulai 30 November sampai 2 Desember.
Sementara di Bangladesh, Paus akan bertemu dengan pengungsi Rohingya. (T/RS2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran, Rusia, Turkiye Kutuk Kekejaman Israel di Palestina dan Lebanon