Yerusalem, MINA – Uskup Agung Ortodoks Yunani dari Sebastia, Uskup Agung Atallah Hanna, membenarkan adanya upaya sistematis Israel untuk melemahkan, meminggirkan, dan menghilangkan kehadiran Kristen di kota Yerusalem yang diduduki dan mendorong mereka untuk meninggalkannya.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar “Filistin”, Hanna menganggap otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas penurunan jumlah orang Kristen di Kota Suci sebagai akibat dari ketidakadilan mereka terhadap Palestina.
“Kami menghadapi hal yang pahit, karena jumlah kami di kota Yerusalem tidak melebihi 8.000 orang Kristen setelah kami melebihi 35.000 orang Kristen yang tinggal di Yerusalem pada tahun 1948,” ujarnya, seperti disebutkan Rai Al-Yaum, baru-baru ini.
Dia mengaitkan alasan penurunan jumlah orang Kristen di kota Yerusalem dengan langkah-langkah pendudukan yang dilakukan terhadap orang Yerusalem, baik Muslim atau Kristen, serta kondisi ekonomi dan kehidupan yang diderita orang-orang akibat pendudukan.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Dia menambahkan, sejumlah keluarga Kristen tidak meninggalkan jejak di kota Yerusalem. “Apa yang dihadapi orang Kristen di Yerusalem sama seperti yang dihadapi Muslim,” lanjutnya.
Hanna menegaskan, penyerangan terhdap Masjid Al-Aqsa seperti penyerangan terhadap umat Kristen dan Muslim di dunia, mengingat “penyerangan terhadap Al-Aqsa adalah penyerangan terhadap umat Kristen juga, sebagaimana penyerangan atas wakaf Kristen adalah penyerangan terhadap umat Islam”.
“Hari ini kita dituntut lebih dari sebelumnya untuk bersatu, Palestina telah dan akan tetap menjadi model hidup berdampingan Muslim-Kristen,” imbuhnya.
Menurutnya, otoritas pendudukan Israel mengeksploitasi pandemi Corona untuk melaksanakan rencana dan kejahatan mereka di kota Yerusalem yang diduduki. “Kota Yerusalem telah berubah menjadi kota hantu. Ini sungguh tragis,” katanya.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
“Kami di Yerusalem dan di luar mengetahui apa yang sedang direncanakan untuk kota kami. Umat Kristen dan Muslim adalah satu keluarga, dan mereka tidak akan meninggalkan tugas kemanusiaan, spiritual dan nasional mereka untuk mempertahankan ibu kota mereka.”
Dia menegaskan, pasukan pendudukan tidak membedakan antara Muslim dan Kristen dalam menekan dan menargetkan orang-orang Yerusalem. Pendudukan juga tidak membedakan antara masjid atau gereja. “Jadi, kita semua menjadi sasaran,” lanjutnya.
Uskup Agung Hanna mendesak umat Kristiani di dunia untuk mempertahankan Palestina, kota Yerusalem yang diduduki dan Masjid Al-Aqsa yang diberkati, karena mempertahankannya adalah tugas kemanusiaan, moral dan budaya, dan dia menyerukan kepada para pemimpin dan faksi-faksi Palestina untuk menyelesaikan pencapaian persatuan nasional untuk menghadapi semua kejahatan pendudukan dan proyek-proyek yang mengganggu perjuangan Palestina.
Uskup Hanna menyapa orang-orang di Jalur Gaza yang terkepung selama 14 tahun, atas ketabahan mereka dalam menghadapi pendudukan Israel dan kejahatannya, dengan mengatakan, “Hati kami menyertai Anda. Penderitaan Yerusalem adalah penderitaan Gaza dan penderitaan Gaza adalah penderitaan Yerusalem.” (T/RS2/P2)
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)