Al-Muhajirun, Lampung Selatan, MINA – Pembina Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam (LBIPI) Bogor, Ustaz Abul Hidayat Saerodjie atau yang kerap disapa Ustaz AHI mengatakan, untuk menunjang keberhasilan tugas besar dan mulia sebagai da’i, maka perlu melengkapi diri dengan tiga syarat utama.
Syarat pertama adalah kuat mental. Seorang da’i akan menjumpai berbagai masalah dan rintangan dalam perjalanan dakwahnya sehingga kekuatan mental sangat diperlukan.
“Siap menderita, di kota makan ayam, di kampung makan daun, dijemput Alhamdulillah, ga dijemput jalan, dikasih uang atau tidak, harus ikhlas, serta seorang da’i itu siap dikirim ke manapun dan kapanpun, Lillahi Ta’ala,” ujarnya.
Kesiapan mental bukan hanya pada permasalahan yang merugikan, siap mental menjadi orang yang kaya juga perlu. Ini ujian sesungguhnya seorang dai ketika berhasil.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Menjadi kaya siap ngga? Ujian paling besarnya ini, ujian mental, orang kaya kebanyakan sifatnya sombong, melihat rendah orang lain dan lain sebagainya, beda dengan orang miskin, sedikit yang tidak sombong,” ungkapnya.
Ia menuturkan, Allah memberi rezeki entah dari mana, lantas kita menjadi pendakwah kemudian jadi kaya, bersyukurlah, tapi tetap itu tidak dijadikan tujuan, tetap tawadhu, gunakan hartanya untuk berjuang di jalan Allah.
“Kalau miskin siap ngga? Allah menunjukkan kepada Rasul, di surga itu kebanyakan untuk orang susah, yang kurus, yang tidak punya duit, di dunia hidupnya penuh ujian. Sedikit kavlingnya untuk orang kaya, orang susah di dunia lebih banyak masuk surga, ini Allah yang menunjukkan langsung kepada Rasul. Maka dengan demikian, ketika dijadikan sebagai orang kaya, manfaatkan semaksimal mungkin untuk agama Allah,” pesannya.
Syarat kedua adalah bekal ilmu pengetahuan. Seorang da’i berjalan bersama dengan ilmu pengetahuannya, sehingga ia akan kuat di medan dakwah dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang ia bawa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Ilmu itu tidak mesti didapat dengan sekolah atau kuliah, saya kalau ditanya pendidikan di mana, saya jawab di Unikola, Univeristas Kolong Langit. Jadi dapat ilmunya dari mana saja, bisa melalui bertanya kepada syekih, kyai-kyai, orang yang belajar dengan orang-orang shaleh, bagi yang memang tidak beruntung menjalani pendidikan formal,” katanya.
Penunjang ketiga adalah Adabud Dakwah. Berdakwah tidak asal menyampaikan kepada orang, tetapi perlu menggunakan adab, karena kita tidak tahu seperti apa dan bagaimana kondisi serta ilmu orang yang akan didakwahi.
“Perlu penjajakan dulu, jangan main terjun ke sungai, ukur dulu seberapa kedalamannya, sehingga ketika kita sudah mengetahuinya, kita tahu bagaimana cara kita menyampaikan yang bisa diterima,” ujarnya.
Tadrib Da’i 2 diadakan selama tiga hari, Kamis-Sabtu (11-13/8) dan merupakan salah satu daripada Rangkaian Tabligh Akbar Muharram Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Lampung yang puncak rangkaiannya digelar pada Ahad (14/8). (L/R12/P1)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat