Jakarta, MINA – Voice of Indonesia bekerjasama dengan Dompet Dhuafa (DD) Republika dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar acara Diplomatic Forum dengan tema “Freedom Of The Press, A Tribute to BJ Habibie” di Auditorium Jusuf Ronodipuro, Gedung RRI, Jalan Merdeka Barat, Jakarta.
Acara digelar dalam rangka menghormati jasa almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) sebagai Bapak Kebebasan Pers Indonesia pada Rabu (26/2), demikian keterangan yang diterima MINA.
Direktur Voice of Indonesia Agung Susatyo mengatakan, almarhum BJ Habibie mengambil andil besar dalam mewujudkan kebebasan pers di Indonesia. Saat baru saja menjabat menjadi presiden ke-3 RI, Habibie mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang melepaskan pers Indonesia dari kekangan.
Agung menerangkan, almarhum BJ Habibie telah mengambil langkah penting dalam mendorong proses demokratisasi di Indonesia.
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa
“Mustahil kita bisa berbicara tentang demokrasi jika pers masih terkekang,” ucapnya.
Peran pers sebagai pilar demokrasi terus mendapat tantangan. Peningkatan indeks kebebasan pers, tekanan terhadap awak media hingga fenomena hoax yang kerap muncul dipermukaan.
“Tantangan ini harus dijawab bersama oleh semua pihak, baik media, pemerintah dan masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan, warisan dari pak Habibie dalam bentuk kebebasan pers ini harus dirawat dan dipelihara. Tantangan itu akan terus ada, namun tetap harus mampu mengatasinya.
Baca Juga: Kunjungi Rasil, Radio Nurul Iman Yaman Bahas Pengelolaan Radio
BJ Habibie wafat pada 11 September 2019 lalu. Beliau meninggalkan warisan besar bagi kemajuan demokrasi Indonesia dalam bentuk kebebasan pers. Jasa ini akan senantiasa menjadi kenangan manis bagi bangsa Indonesia.
Turut hadir sebagai pembicara, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informartika Niken Widiastuti, Duta Besar Jerman untuk Indonesia Dr. Peter Schoof, John Nickell, dan lainnya. (R/Nz/R8/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)