Washington, MINA – Pria kulit putih Amerika Serikat (AS) adalah ancaman teroris domestik yang lebih besar di Amerika Serikat dibanding ancaman teroris dari orang yang mengatasnamakan Muslim, demikian Vox melaporkan.
Sejak Presiden Donald Trump menjabat, lebih banyak orang Amerika Serikat dibunuh oleh pria kulit putih Amerika Serikat yang tidak memiliki kaitan dengan Islam, dibandingkan dengan yang dilakukan teroris yang mengatasnamakan Muslim atau orang asing, Vox melaporkan, Senin (2/10), yang dikutip MINA.
Ketika Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang telah direvisi yang melarang orang-orang dari tujuh negara berpenduduk mayoritas Muslim memasuki AS, dia mengklaim bahwa hal itu untuk melindungi orang Amerika dari ‘teroris Islam radikal’.
“Kami tidak menginginkan mereka di sini,” kata Trump kepada wartawan di Pentagon, tempat dia menandatangani kebijakan eksekutif tersebut pada bulan Januari.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Namun dalam delapan bulan sejak Trump menjabat, lebih banyak orang Amerika terbunuh dalam serangan oleh pria kulit putih Amerika yang tidak memiliki hubungan dengan Islam daripada oleh teroris Muslim atau orang asing.
Sebelum penembakan mematikan di Las Vegas kemarin, penembakan massal paling mematikan dalam sejarah modern AS terjadi pada bulan Juni 2016 ketika seorang pria terinspirasi ISIS menembaki sebuah kelab malam gay di Orlando, Florida, menewaskan 49 orang dan melukai 53 lainnya.
Dan militan yang terkait dengan ISIS telah membunuh atau melukai puluhan orang di negara-negara seperti Inggris, Perancis, dan Kanada sepanjang tahun ini, termasuk dua wanita yang tewas dalam serangan penusukan di Marseille, Prancis, dan beberapa orang terluka dalam serangan mobil di Edmonton, Kanada, akhir pekan ini.
Tapi di dalam negeri AS, ancaman yang lebih besar datang dari penyerang yang sangat berbeda, yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan agama pada umumnya atau ekstrimis Islam.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Faktanya, antara 2001 dan 2015, lebih banyak orang Amerika dibunuh oleh ekstremis sayap kanan di dalam negeri daripada oleh teroris Islam, menurut sebuah studi oleh New America, sebuah kelompok tink tank independen di Washington, DC.
Sebuah studi pada bulan Juni 2017 oleh Reveal and Center for Investigative Reporting menemukan pola serupa seperti yang ditunjukkan pada tabel:
Dalam pidato pertama Trump kepada Kongres, dia mengklaim bahwa “sebagian besar orang yang dihukum karena terorisme dan tindak pidana terorisme sejak Serangan 11 September datang ke sini dari luar negara kita.”
Baca Juga: Parlemen Brasil Keluarkan Laporan Dokumentasi Genosida di Gaza
Namun faktanya tidak satu pun pelaku serangan teroris besar di AS yang menunggangi nama Islam dalam 15 tahun terakhir datang dari negara-negara dalam larangan imigrasi Trump (baik yang asli atau versi revisi baru yang dirilis akhir bulan lalu) . Faktanya, negara asal jumlah terbesar teroris yang telah melakukan serangan sukses di AS adalah orang AS sendiri. (T/R11/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka