Gaza, MINA – Wabah meningitis semakin meluas di Jalur Gaza, terutama di kalangan anak-anak, di tengah krisis kemanusiaan akibat agresi militer Israel. Puluhan anak dilaporkan terinfeksi dan dirawat dalam kondisi memprihatinkan di tengah keterbatasan obat-obatan, tempat tidur, dan peralatan medis.
Salah satu pasien adalah Awnee al-Jorani, seorang bayi yang menderita diare selama lima hari sebelum akhirnya dilarikan ke Kompleks Medis Nasser di Khan Younis. Sang nenek mengungkapkan bahwa Awnee mengalami demam tinggi, menangis terus-menerus, dan bahkan menolak minum. Ia didiagnosis mengidap meningitis, namun kondisinya diperparah oleh malnutrisi sang ibu dan tekanan akibat perang. Dilansir dari MEE Selasa (2/7).
Direktur pediatri dan maternitas Rumah Sakit Nasser, Dr Ahmed al-Farra, mengatakan dalam waktu kurang dari seminggu, sedikitnya 40 anak dirawat karena gejala infeksi berbahaya tersebut.
“Situasinya sangat sulit dan mengerikan. Kami benar-benar kekurangan peralatan penting, bahkan harus merawat pasien di lantai,” ujarnya.
Baca Juga: Trump: Israel Setujui Persyaratan Gencatan Senjata 60 Hari di Gaza
Meningitis adalah infeksi serius yang menyerang selaput pelindung otak. Jika tidak segera diobati, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi fatal seperti kelumpuhan otak, kehilangan pendengaran atau penglihatan, serta gangguan tumbuh kembang.
Karena keterbatasan peralatan diagnostik, tenaga medis di Gaza terpaksa meresepkan pengobatan tanpa bisa memastikan apakah infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus. Hal ini membuat proses penyembuhan semakin rumit.
Faktor-faktor seperti pengungsian massal, sanitasi yang buruk, malnutrisi, dan keterbatasan air bersih turut memperburuk penyebaran penyakit. Um Alaa Abu Jameh, pengungsi yang tinggal di zona kemanusiaan al-Mawasi, Khan Younis, menceritakan bahwa putrinya Alaa yang baru berusia satu bulan juga terinfeksi meningitis. Ia kesulitan mendapatkan susu formula dan kebutuhan dasar bayi karena harga yang sangat tinggi dan pemblokiran pasokan kemanusiaan.
Dokter Al-Farra menekankan satu-satunya jalan keluar dari krisis ini adalah menghentikan perang, membuka jalur bantuan kemanusiaan, serta mengizinkan warga kembali ke rumah mereka.
Baca Juga: Organisasi HAM: Setengah Tahun Iran Eksekusi 617 Orang, termasuk 40 Warga Afghanistan
“Kondisi kamp pengungsian membuat anak-anak semakin rentan terkena penyakit berbahaya seperti meningitis,” tegasnya.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menlu Kuba: Netanyahu Berbohong Soal Nuklir Iran Selama 30 Tahun