Wahdah Islamiyah Gelar Dialog Kebangsaan di Makassar

Makassar, MINA – menggelar dialog kebangsaan dengan tema ‘Dengan Takwa dan Konstitusi serta Hukum yang berlaku kita wujudkan NKRI Jaya dan Harmoni’ di Gedung Aisyah Kampus Putri STIBA, Makassar, Jumat (19/8).

Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Ormas keagamaan, khususnya ormas Islam telah memberikan warna tersendiri dalam perjalanan sejarah terbentuk bangsa Indonesia sebelum dan sesudah merdeka.

“Perjuangan bangsa Indonesia pada awal abad ke-20 Masehi tidak terlepas dari peran organisasi pergerakan Islam, tokoh-tokoh Ormas juga santri, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi organisasi pembentuk karakter nasionalis di kalangan umat Islam di Indonesia,” kata Ustaz Zaitun.

Ustaz Zaitun mengatakan, yang ditanamkan pada jiwa para toko-tokoh nasional dan santri kesadaran untuk memperjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan nilai yang paling tertinggi.

“Nilai-nilai dasar yang perlu ditanamkan menjaga kedaulatan dan keutuhan negara dari berbagai paham ideologi, seperti cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai ideologi negara,” imbuhnya.

Ia juga mengatakan, peran strategi Ormas Islam adalah sebagai mengajarkan ajaran nilai-nial Islam yang benar, ketika ditanamkan kemudian dipahamkan merasuk jiwa-jiwa anak bangsa.

“Ajaran Islam merupakan benar menanamkan nilai-nilai kemudahan, kasih sayangan, Islam wasathiyah (menyuruh kepada makruf dan mencegah kemungkaran). Dengan mengikuti manhaj ahlussunnah wal jamaah,memahami konstitusi pancasila, dan ini tugas Ormas Islam,”

Ketua MUI Bidang Pembinaan Seni Budaya Islam Dr KH Sodikun mengatakan, realitas kebangsaan adalah permasalahan yang sangat inklusif, banyak permasalah kebangsaan yang belum selesaikan.

“Dan kita patut bersyukur di Indonesia bisa menemukan suatu konsep bernegara yang bisa menyatukan semua perbedaan yang ada,” kata kyai Sodikun.

Sehingga kata kiai Sodikun, bisa hidup rukun, aman dan damai. Kehidupan yang aman dan damai adalah suatu kebutuhan agar bisa beribadah dengan lancar.

“Hidup dalam keadaan fakir miskin di dalam negara yang kuat (aman dan damai) jauh lebih baik dibandingkan dengan hidup dalam keadaan kaya raya di negeri yang lemah (dilanda konflik),” ujarnya.

Hadir dalam acara dialog kebangsaan seperti, Kombes Pol Ponco Ardani Kasubdit Kontra Ideologi Ditegah Densus 88 At Polri, dan Ketua FKPT Sulsel, KH.H Muammar Bakri. (L/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)