Wajah Buruk Zionis Yahudi (Oleh: Bahron Ansori)

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Konflik Palestina versus seperti tak akan pernah menemukan solusi, kecuali sekadar genjatan senjata yang penuh kedustaan. Buktinya, akibat babak belur dihantam pasukan Hamas dan faksi pejuang lainnya di Gaza, Zionis Yahudi keok. Mereka minta ada genjatan senjata. Itu artinya, Hamas dan warga Palestina menanng telak memukul mundur Zionis Yahudi. Tanda syukur atas kemenanganpun semarak di kota Gaza dan Tepi Barat.

Namun, sayang kebahagiaan itu tak lama. Penjajah Zionis Yahudi kembali melakukan serangan terhadap kaum muslimin yang sedang bersorak sorai di halaman komplek Al Aqsha. Pasukan-pasukan pemuja setan itu justeru membabi buta melepaskan beberapa tembakan ke arah umat Islam Palestina. Sontak, semua panik dan berlarian berusaha menyelematkan diri. Sebab mereka kaum muslimin Palestina di Tepi Barat itu tanpa persiapan, dan  berbaik sangka bahwa Zionis Yahudi sepakat genjatan senjata.

Dasar Yahudi, pagi ngomong A…siang ngomong B…maka wajar jika segala sifat buruk dilekatkan Allah pada mereka. Ya, hanya keburukan yang melekat pada Yahudi. Keburukan yang turun temurun menjadi watak dalam hidupnya, kecuali jika mereka sudah benar-benar menjadi orang beriman.

Berikut ini adalah sifat buruk Yahudi yang selalu mengarah pada kerusakan dan kehancuran, disarikan dari beberapa sumber.

Pertama, iri dan dengki. Yahudi punya kedua sifat buruk ini. Bahkan diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam kitab suci-Nya. Allah berfirman yang artinya, “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.” (Qs. Al Baqarah: 90)

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, “Orang Yahudi telah memilih untuk diri mereka kafir kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, karena hasad dan iri hati. Sebab Allah menurunkan karunia berupa kenabian dan wahyu kepada seorang dari bangsa Arab. Mereka kembali mendapat murka Allah, ketika menyembah anak sapi lalu kafir terhadap nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Atau karena kafir terhadap nabi Isa as dan kafir terhadap nabi Muhammad saw dan Al Qur’an.”

Kedua, membunuh dan mengusir kaumnya sendiri. Begitulah kaum yang satu ini. Ia siap untuk membunuh siapa saja termasuk orang sesama jenisnya sendiri pun akan dibunuh jika tak sejalan dengannya. Bahkan saat utusan Allah Ta’ala (para nabi) hadir di tengah mereka untuk mengarahkan kepada jalan yang lurus sekalipun.

Perhatikan firman Allah Ta’ala ini, artinya, “Dan (ingatlah), ketika kalian berkata: ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata: ‘Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas. (Qs. Al Baqarah: 61).

Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Pernah terjadi Bani Israil dalam satu hari membunuh tiga ratus nabi. Setelah itu mereka melanjutkan pasaran rempah-rempahnya di sore hari.” Tentang pembunuhan di antara mereka, Allah berfirman, “Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.” (Qs. Al-Baqarah: 72).

Di dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolong-an daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu tertiadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu, apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terthadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembali-kan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (Qs. Al-Baqarah: 85).

Dalam tafsir Depag dikatakan bahwa ayat Ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. Antara suku Aus dan Khazraj sebelum Islam, selalu terjadi persengketaan dan peperangan yang menyebabkan Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir membantu orang-orang Khazraj. Sampai antara kedua suku Yahudi itupun terjadi peperangan dan tawan-menawan karena membantu sekutunya. Namun, jika kemudian ada orang-orang Yahudi tertawan, maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya kendatipun mereka tadinya berperang.

Ketiga, bakhil dan pelit. Kaum Yahudi adalah kaum yang sangat rakus. Saking rakusnya, mereka begitu menyintai dunia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah: 96).

Maka tak heran dalam Protocol of Zion, kaum Yahudi begitu mendewakan uang. Uang adalah segalanya untuk menghancurkan ghoyim (orang non Yahudi). Program pemiskinan, pembodohan, tipu-tipu, pengkhianatan dan segala tipu muslihat lainnya adalah bagian dari cara bangsa keturunan kera ini untuk menguasai dunia.

Keempat, . Bukan Yahudi jika mereka tidak berdusta. Kaum ini paham kebenaran, tapi mereka sengaja tidak mau mengamalkannya dan sengaja menyembunyikannya. Menukar yang hak dengan yang bathil. Mengubah ayat-ayat Allah serta menjualnya dengan harga yang murah. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui.” (Qs. Al Baqarah: 42)

Orang Yahudi termasuk ras yang diilhami otak yang cerdas. Hanya saja mereka keras kepala sehingga ingkar kepada Allah. Allah berfirman yang artinya, “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (Qs. Al Baqarah: 75).

Saking pendustanya orang-orang Yahudi, As Suddi pernah berkata, “Dahulu ada beberapa orang Yahudi menulis surat-surat yang dibuat sendiri, lalu dijual kepada orang Arab dan mereka berkata, ‘Itu dari kitab Allah’, untuk mendapatkan harga.”

Kelima, pengkhianat. Karena Yahudi itu pendusta, artinya mereka juga dikenal suka berkhianat. Lihat saja, baru-baru ini yang terjadi saat mereka menghiba ke dunia internasional agar dilakukan genjatan senjata dengan Hamas. Belum lewat 24 jam, kaum laknatullah itu tiba-tiba melanggar janjinya.

Karakter sebagai pengkhianat itu sudah lama dimiliki. Ingatkah kita saat Yahudi mengkhianati pasal 45 dan 47 Piagam Madinah yang berbunyi, “Orang-orang Yahudi bekerjasama dengan kaum muslimin dalam mengumpulkan biaya perang, selama terjadi peperangan. Mereka saling tolong menolong dalam menghadapi orang-orang yang memerangi isi perjanjian.”

Namun, Yahudi malah bersekongkol dengan kaum musyrik Quraisy untuk mencelakakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta sahabatnya dalam perang Ahzab. Para tokoh Yahudi berangkat ke Mekkah untuk mendorong kaum musyrikin Qurasy melancarkan perang terhadap Rasulullah. Tokoh-tokoh Yahudi berkata, “Kami akan berperang bersama-sama kalian hingga berhasil menghancurkannya.” Licik bukan?

Mereka juga berkhianat kepada nabi Musa as dan Allah Ta’ala, seperti ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya, “Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (Qs. Al-Baqarah: 83).

Namun, bodohnya Yahudi, mereka malah menyembah anak sapi (‘ijla). Saling mengusir, saling menawan, berperang dan saling membunuh di antara mereka.

Keenam, gemar memprovokasi. Bukan Yahudi kalau tidak suka mengadu domba satu sama lain. Masih ingatkah kita bagaimana sikap Huyayyi bin Akhtab dan Yasir bin Akhtab yang sangat dengki dengan kaum muslimin dan berusaha memurtadkan orang-orang yang telah beriman. Namun kejahatan gembong Yahudi tersebut dibongkar oleh Allah Subhanahu wa ta’ala seperti disebutkan dalam firman-Nya yang artinya, “Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (Qs. Al-Baqarah: 109).

Ketujuh, pengecut. Bohong kalau Yahudi itu punya nyali besar menghadapi muslim Palestina seperti yang banyak diberitakan media-media afiliasinya. Yahudi adalah kaum bermulut besar, berjiwa kerdil dan . Semua yang nampak gagah pada Yahudi adalah sebuah kamuflase semata untuk melemahkan mental kaum muslimin. Dalam semua bidang Yahudi itu lemah. Jadi, hanya ada satu kata untuk Yahudi: go to hell! (A/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)