Wanita Perisai Rasulullah, Panutan “Emak-emak” Milenial (Oleh: Panji Ahmad)

Oleh Panji Ahmad, S.Kom,I

Nusaibah binti Ka’ab, wanita pertama di Madinah yang memeluk Islam. Mujahidah yang satu ini juga tercatat sebagai satu dari dua Muslimah yang pergi bersama kaum Anshar ke Makkah untuk berbaiat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pada baiat Aqabah Kedua.

Emak-emak militan tinggi“, begitulah kiranya sebutan untuk , jika wanita pemberani ini berada di tengah-tengah kita di era milenial sekarang. Nampak sangat militannya sahabiyah satu ini, sebab ia hadir dalam beberapa peperangan, khususnya tinta emas sejarah perjuangan Islam mengukirnya saat Ummu Umarah ikut serta dalam .

Kala itu, Ummu Umarah mengabdikan dirinya di posisi bagian logistik dan menyatu bersama wanita mujahidah lainnya dalam korps pasukan medis. Posisi tersebut terbilang sangat vital dan penting, karena menopang pada persiapan, saat pertempuran berlangsung dan setelahnya. Bersama sahabiyah lainnya, ia ikut memasok air kepada para prajurit Muslim dan mengobati mereka yang terluka.

Bukit Uhud, 7 Syawal 3 Hijriyah atau 22 Maret 625 M, menjadi saksi keluh perjuangan kaum Muslimin. Sekitar 700 pasukan tentara Muslim bertempur melawan 3.000 tentara kafir jahiliyah yang dikomandoi oleh Abu Sufyan. Kemenangan yang hampir diraih umat Islam, berubah menjadi serangan balik yang telak, setelah pasukan Muslim mengabaikan perintah sang komandan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Ashhab bin Jabir berkata dari puncak bukit, “Mari kita ambil harta rampasannya!”

Ibnu Jubair, pemimpin pasukan pemanah yang mencoba mengendalikan Muslimin sesuai komando yang semestinya, segera berseru, “Apa kalian lupa pesan Nabi?”

Seketika itu pula pasukan muslimin turun dari bukit Uhud. Suasana Kemenangan bagi kaum muslimin berubah sekejap, hilang layaknya api lilin yang ditiupkan angin kencang. Panglima musuh, Khalid bin Walid yang saat itu belum bersyahadat, bersama pasukan kavalerinya merenggut dengan sigap kemenangan dari kaum Muslimin.

Melihat celah untuk membunuh Rasulullah, pasukan kafirun segera merangsek, mendekati Nabi Muhammad dengan puluhan tombak dan pedang yang siap mencabik-cabik siapa pun yang menjadi targetnya. Pasukan muslimin terkoyak, sangat mencekamnya sehingga pasukan Muslimin tidak dapat membedakan antara teman dan lawan.

Melihat wajah Rasulullah berhadapan dengan ujung tombak, Ummu Umarah yang sebelumnya berada di korps pasukan medis berubah menjadi layaknya prajurit infanteri. Menerobos, membelah pasukan kafirun, dengan cepat sudah berada di hadapan Rasululllah, ia menyusul beberapa sahabat yang telah menjadikan punggung serta badannya sebagai perisai, dari tusukan tombak dan sabetan pedang ke arah Rasulullah.

Di saat sebagian besar pasukan Muslimin terpukul mundur dan sebagian mereka meninggalkan Rasulullah yang terpojok, Ummu Umarah mantap terjun ke medan laga. Ia halau segala serangan yang datang ke arah Rasulullah dengan pedangnya. Serangan demi serangan dihalaunya, hingga, ia mengalami luka pada bagian pundaknya.

Melihat seorang mujahidah tergopoh atas luka, Rasulullah pun mendoakan Ummu Umarah. Rasulullah berkata kepada putra Ummu Umarah, ”Ibumu! Ibumu! Balutlah lukanya. Ya Allah, jadikanlah mereka teman-temanku di surga.”

Demikianlah wahai Emak-emak, telah ada sesosok sahabiyah mujahidah, yang dikenal sebagai , bahkan ada yang mengatakan Ummu Umarah adalah wanita sebanding dengan seribu lelaki.

Jika peperangan Uhud adalah layaknya medan dakwah, maka kondisi kalut dan mencekam serta ujung-ujung tombak dan pedang layaknya ujian onak dan duri dalam perjalanan dakwah di akhir zaman.

Maka yakinlah wahai emak-emak, sungguh juangmu dalam jalan dakwah akan Allah menangkan, seperti saat Allah Ta’ala berikan kekuatan melalui tangan Ummu Umarah pada perang Uhud. Walau pundak terpacung oleh tombak dan pedang bertuan, tetapi ia tetap melindungi Rasulullah dari dahsyatnya amukan pasukan kafirun. Biarlah ruh telah terpisah dari jasadnya yang sudah berabad-abad lalu. Tak elak hingga kini, tidak sirna nama Ummu Umarah yang terus memotivasi semangat emak-emak milenial untuk meniti jalan dakwah, dalam menjaga keutuhan Islam yang rahmatan lil ’alamin di segala penjuru dunia.

Wallahu ’alam. (A/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments are closed.