Lilongwe, MINA – Wakil Presiden Malawi Saulos Chilima dan sembilan orang lainnya yang berada di dalam pesawat militer yang hilang pada Senin (10/6) pagi, telah ditemukan dan semuanya nyatakan tewas.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Malawi Lazarus Chakwera pada Selasa (11/6) sore mengatakan, semua penumpang pesawat militer tewas setelah pesawat tersebut jatuh di kawasan hutan lebat Chikangawa di kota utara Mzuzu dalam perjalanan kembali ke Lilongwe setelah gagal mendarat di Mzuzu, bandara Internasional karena visibilitas cuaca buruk.
“Saulos Klaus Chilima adalah pria yang baik. Warga negara yang patriotik. Seorang wakil presiden tangguh yang mengabdi pada negaranya dengan istimewa. Merupakan salah satu kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjadikannya sebagai wakil dan penasihat saya selama empat tahun terakhir,” kata Presiden Chakwera mengenang Wapres Chilima dilansir Anadolu.
Puing-puing pesawat ditemukan pada Selasa pagi tanpa ada yang selamat. Di antara mereka yang meninggal termasuk mantan ibu negara Shanil Muluzi.
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Pesawat yang membawa wakil presiden meninggalkan ibu kota kabupaten, Lilongwe, pada Senin dalam perjalanan ke kota Mzuzu di wilayah utara negara itu dijadwalkan menghadiri upacara pemakaman mantan menteri kehakiman dan jaksa agung Ralph Kasambara yang meninggal mendadak pada hari Jumat.
Menurut Angkatan Pertahanan Malawi, pesawat tersebut gagal mendarat sesuai jadwal di Bandara Internasional Mzuzu karena visibilitas cuaca buruk dan terpaksa kembali ke Lilongwe, namun kemudian menghilang dari radar dalam perjalanan pulang.
Saulos Chilima berusia 51 tahun, seorang eksekutif perusahaan yang menjadi politisi, bergabung dengan politik arus utama pada tahun 2014 ketika ia menjadi wakil presiden Arthur Peter Mutharika. Pada tahun 2020, ia bekerja sama dengan Presiden Chakwera dalam pemilu baru setelah mahkamah konstitusi kabupaten tersebut membatalkan pemilu 2019. (T/R5)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas