Wapres AS di Israel Mulai Kembali Usaha Perdamaian

saat bertemu Presiden Mesir El-Sisi (Reuters)

Tel Aviv, MINA – Wakil Presiden AS Mike Pence tiba di hari ini (Ahad, 21/1/2018) untuk memulai kembali pembicaraan proses perdamaian.

Pence berkunjung ke Israel setelah sehari sebelumnya berkunjung ke Yordania dan Mesir. Media setempat Haaretz melaporkan.

Pada hari Senin besok (22/1/2018), Pence akan berbicara di parlemen Israel Knesset dan bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Hari berikutnya, Selasa (23/1/2018) akan mengadakan tur ke Yad Vashem, Tembok Barat, dan sebuah pertemuan dengan Presiden Reuven Rivlin di Yerusalem.

Persiapan di lapangan termasuk penempatan ribuan petugas polisi di seluruh Israel, terutama di jalan antara Bandara Internasional Ben-Gurion dan daerah Yerusalem. Beberapa jalan besar ditutup.

Pence awalnya dijadwalkan untuk mengunjungi wilayah tersebut pada bulan Desember. Namun setelah Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, perjalanan tersebut tertunda.

Ia tidak dijadwalkan bertemu pejabat Palestina, karena menolak untuk bertemu sebagai protes atas pernyataan Trump.

Pence, walaupun seorang Kristen konservatif, tapi ia tidak akan bertemu dengan pemimpin Kristen saat berada di Israel.

Warga Kristen Palestina menyatakan bahwa Pence “tidak diterima” di Betlehem, sebuah situs ziarah Kristen yang penting.

Saat di Mesir dan bertemu Presiden Abdel Fatah El-Sisi, Pence mengatakan kepada wartawan bahwa Trump “benar-benar berkomitmen untuk memulai proses perdamaian, dan telah mendengar kekhawatiran mengenai keputusan Yerusalem

Berbicara kepada wartawan yang menemaninya dalam tur ke Mesir, Pence mengatakan bahwa dia telah “mendengar” keprihatinan Presiden El-Sisi tentang pernyataan Washington mengenai Yerusalem.

Kantor Kepresiden Mesir menekankan dukungan Mesir untuk sebuah kesepakatan damai dua negara dan “hak rakyat Palestina untuk mendirikan sebuah negara merdeka dengan Yerusalem timur sebagai ibukota”.

Setelah dari Mesir, Pence ke Yordania pada Sabtu malam (20/1/2018) untuk bertemu Raja Abdullah II. Namun, ia disambut aksi demonstran yang berkumpul di luar kedutaan besar Amerika di Amman.

Aksi massa meneriakkan slogan-slogan menentang keputusan AS tentang Yerusalem dan meminta pemerintah Yordania untuk tidak menerima Wakil Presiden AS tersebut.

“Amerika Serikat adalah kepala ular,” mereka meneriakkan. Sementara yang lain memegang spanduk bertuliskan: “Utusan (Pence) sayap kanan Zionis Amerika tidak diterima.”

Pemimpin Mesir dan Yordania, adalah dua negara Arab yang memiliki perjanjian damai dengan Israel, dan akan menjadi pemain kunci dalam mediator AS. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)